TEMPO.CO, Jakarta - Tim Kampanye Nasional Jokowi - Ma'ruf mensinyalir, generasi milienial merupakan kelompok yang paling berpotensi untuk menjadi golput alias tidak memilih di pemilihan presiden 2019.
Direktur Komunikasi Politik TKN Jokowi - Ma'ruf, Usman Kansong mengidentifikasi hal tersebut dari angka swing voters hasil survei internal tim. "Kalau data kami, swing voters berjumlah sekitar 12 persen," ujar Usman kepada Tempo, Jumat, 25 Januari 2019. Usman mengatakan, angka tersebut sudah cukup baik.
Baca Juga:
Berita terkait: Komunitas We The Youth Kampanyekan Milenial Pantang Golput
Untuk itu Timses akan melakukan pendidikan politik kepada kalangan milineal guna mengantisipasi banyaknya golput di ajang pemilihan lima tahunan ini. "Kalau milienal itu kan kebanyakan masih belum melek politik," ujar dia.
Belakangan, pilihan untuk tidak memilih alias golput di pemilihan presiden 2019 banyak dibicarakan. Rabu lalu, 23 Januari, Koalisi Masyarakat Sipil untuk Hak Sipil dalam konferensi pers di gedung Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta menyerukan pernyataan sikap bahwa golput adalah hak dan bukan tindak pidana. Direktur LBH Jakarta Arief Maulana memprediksi tingkat golput akan meningkat di pilpres kali ini.
Arief mengatakan fenomena global menunjukkan golput menjadi salah satu pilihan warga dunia sebagai ekspresi pilihan politik. Golput dipilih sebagai bentuk koreksi dan itu terjadi di mana-mana. “Data fenomena global menunjukkan jumlah pemilih golput meningkat, termasuk di Indonesia," kata Arief di kantornya, Rabu, 23 Januari 2019.
Menurut dia, warga memutuskan golput lantaran kecewa terhadap sistem demokrasi. Dia merujuk pada banyaknya kasus pelanggaran HAM, tidak terpenuhinya hak warga negara, dan maraknya korupsi.
Sigi Indikator Politik yang digelar akhir Desember lalu mencatat ada 1,1 persen responden yang langsung menyatakan akan di pilpres 2019. Jika ditambah potensi limpahan dari pemilih mengambang dan pemilih yang belum berkeputusan (undecidedvoters), angka ini diperkirakan mencapai 20 persen.
“"Potensinya minimal 20 persen pemilih golput kalau berkaca dari pengalaman sebelumnya," kata Direktur Eksekutif IndikatorBurhanuddinMuhtadi di kantornya, Jakarta Pusat, Selasa, 8 Januari 2019.
DEWI NURITA