TEMPO.CO, Jakarta - Komunitas We The Youth tengah menggalang kampanye pantang golongan putih (golput) alias tidak memilih dalam Pemilihan Umum 17 April 2019. Lewat kampanye 100%in atau Seratus Persen Indonesia Nyoblos, mereka berharap pemilih muda menggunakan hak pilihnya. “Sebab, suara kita itu penting untuk menentukan masa depan Indonesia,” kata Widy, Executive Director We The Youth, dalam siaran pers yang diterima Kamis, 24 Januari 2019.
Gerakan itu ingin menjadikan Pemilu 2019 sebagai tren di kalangan anak muda, dan mereka merasa menjadi bagian dari hajat nasional tersebut. Berdasarkan data Pemilu 2014, jumlah suara golput mencapai 24,89 persen. Sementara pada Pemilu 2019, Komisi Pemilihan Umum mencatat ada 40 persen suara dari kalangan pemilih baru. “Semoga tidak menambah angka golput,” kata Widy.
Kampanye pantang golput itu akan digaungkan dari Januari hingga April di berbagai kota, seperti Bandung, Solo dan Yogyakarta lewat serangkaian acara. Berkolaborasi dengan komunitas lokal mereka menggaet komunitas motor Picker Store, konser musik gabungan di Yogyakarta oleh Gayam 16, juga acara musik metal di Solo yang diorganisir Down For Life serta Muara Management.
Menjelang Pemilu, We The Youth akan menghelat Pesta Demokreasi pada 6 April 2019. Puncak kampanye sekaligus menutup rangkaian acara akan digelar pada saat Pemilu 17 April 2019.
Peneliti senior Network for Democracy and Electoral Integrity (Netgrit) Ferry Kurnia Rizkiyansyah mengatakan, perlu cara dan pendekatan khusus untuk mengajak anak muda berkontribusi dalam Pemilu. “Dibutuhkan pendekatan yang dapat mendorong kreativitas mereka karena isu politik dan pemilu dianggap bahasan yang sangat serius dan berat bagi anak muda,” kata Ferry.
Berdasarkan data Dafar Pemilih Tetap Pemilu 2019 dari Komisi Pemilihan Umum, ada sekitar 17,5 juta pemilih muda berusia kurang dari 20 tahun. Adapun pemilih berusia 21-30 tahun sekitar 42,8 juta orang.
ANWAR SISWADI (Bandung)