TEMPO.CO, Kediri – Sejumlah tempat bersejarah dan wingit di Kediri mulai didatangi para calon anggota legislatif atau caleg. Tak sekedar berziarah, mereka juga berdoa agar lolos menjadi anggota dewan.
Dua tempat yang menjadi tujuan para politikus adalah petilasan Sri Aji Joyoboyo dan Sendang Tirta Kamandanu. Keduanya adalah tempat yang beririsan dengan jejak Raja Kadiri dan menjadi destinasi wisata sejarah paling terkenal di Desa Pamenang, Kecamatan Pagu, Kabupaten Kediri.
Baca: LSI Denny JA: Kabar Caleg di Pemilu 2019 Kalah Dibanding Capres
Paa Sabtu sore, 24 Oktober 2018, Tempo mengunjungi kedua tempat itu. Lokasinya berada di arah utara Kantor Bupati Kediri yang berjarak sekitar 10 kilometer. Tak ada angkutan umum yang melintasi petilasan ini. Sehingga setiap pengunjung harus membawa kendaraan sendiri untuk menjangkau kedua situs yang berada dalam satu kompleks itu.
Setelah melawati jalan raya yang menjadi jalur alternatif Kediri – Jombang, sebuah gapura bertuliskan Sendang Tirta Kamandanu terlihat di sebelah kanan. Gapura ini menjadi pintu masuk menuju sendang yang masih berjarak kurang lebih satu kilometer. Nyaris tak ada bangunan rumah di kanan kiri jalan selain hamparan lahan pertanian. Sendang ini benar-benar tersembunyi.
Usai menyusuri jalan rusak sejauh 500 meter, sebuah kompleks seluas satu hektar yang dikelilingi tembok bata mulai terlihat. Deretan pohon besar menjulang di balik bangunan tembok hingga membawa kesan mistis tempat itu.
Baca: Jadi Caleg DPRD, Sopir Bupati Karawang Curi Ilmu Sambil Nyetir
Sore itu tak banyak kendaraan yang terlihat di area parkir. Menurut juru kunci Sendang, Suratin, para tamu baru saja mengakhiri semedi mereka sehari sebelumnya. “Tempat ini selalu ramai di malam Jumat,” kata pria berusia 74 tahun ini.
Meski begitu masih saja terlihat beberapa orang beraktivitas di dalam area sendang. Sebagian duduk di ruang menyerupai balai, sebagian mandi di lokasi sendang dan beberapa orang bersemedi sambil membakar hio di sebuah pusara. Pusara inilah yang menjadi tempat utama para peziarah untuk berdoa.
Pusara itu adalah milik Srigati, abdi kinasih atau pembantu kesayangan Prabu Sri Aji Joyoboyo. Menurut Suratin, setiap peziarah diwajibkan membersihkan diri di air sendang sebelum berdoa di pusara Srigati.
Tak ada ketentuan khusus untuk berdoa. Pengunjung bebas membawa bunga, membakar hio, membawa sesajen atau tak membawa apa-apa. “Kalau tak ingin berdoa sendiri, bisa mengajak saya,” kata Suratin.
Baca: Cerita Pedagang Kopi Maju Caleg: Kerahkan PKL untuk Kampanye
Ibarat psikolog profesional, Suratin tak mau menceritakan permintaan para peziarah yang datang. Usai menyampaikan keinginannya kepada Suratin, mereka berdoa bersama di petilasan Srigati. Hanya sekitar 15 menit prosesi itu berakhir. Suratin kembali duduk di bawah pohon trembesi tak jauh dari petilasan sambil mengawasi aktivitas para pengunjung.
Para peziarah itu datang dari berbagai kota dan pulau di Indonesia dengan membawa keinginan masing-masing. Mulai dari urusan bisnis, pekerjaan, jodoh, masalah keluarga, ekonomi, penyakit, hingga politik semua berkelindan di pusara Srigati.
Untuk urusan politik, Sendang Tirta Kamandanu juga menjadi jujukan para calon legislatif. “Kalau sekarang baru satu dua orang yang datang. Biasanya mereka ramai pada 30 hari menjelang pemilihan,” kata Suratin.