TEMPO.CO, Jakarta - Pamor calon legislator dalam kontestasi Pemilihan Umum 2019 (Pemilu 2019) kalah dari calon presiden dan wakil presiden. Peneliti Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA, Adjie Alfaraby, mengatakan pemilihan presiden yang digelar serentak dengan pemilihan legislator menyebabkan orang lebih berfokus pada pilpres.
Baca: Survei LSI Denny JA: PDIP Potensial Menang di Lima Provinsi Besar
"Jangankan caleg, partai pun terpaan informasinya sedikit," kata Adjie saat ditemui seusai konferensi pers hasil survei LSI Denny JA tentang Pertarungan Partai Politik di 10 Provinsi Terbesar pada Jumat, 2 November 2018 di kantor LSI, Jalan Pemuda, Rawamangun, Jakarta Timur.
Adjie tak menafikkan caleg hanya muncul menjelang Pemilu. Karena itu, ketokohan para calon anggota Dewan ini belum terlalu mengakar.
Caleg pun harus lebih bekerja keras membangun citra diri mereka di masyarakat supaya dikenal. Adjie mencontohkan salah satunya dengan proaktif terlibat dalam berbagai kegiatan.
Keberadaan caleg ini, menurut Adjie, menguntungkan partai. Sebab, saat caleg bekerja memaksimalkan kekuatannya, secara otomatis suara partai di masing-masing dapil itu akan terdongkrak. "Itulah sebabnya, survei-survei suara partai lebih besar dibanding survei-survei sebelumnya," tuturnya.
Baca: Survei: Efek Bakpao Setya Novanto Rugikan Golkar di Pemilu 2019
Selain mampu mendongkrak elektabilitas, caleg dianggap lebih murni menangkap efek mesin partai. Meski kalah dengan suara pilpres, tak sedikit nama caleg yang terkenal di masyarakat.