TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat politik dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, Adi Prayitno menilai naiknya suara pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 02 Prabowo - Sandiaga Uno versi hitung cepat adalah berkat pelimpahan suara dari pemilih mengambang (swing voters). Sejumlah lembaga survei mencatat Prabowo - Sandiaga mampu meraup suara sampai lebih dari 40 persen.
"Kalau dibaca secara sederhana, pemilih mengambang yang lompat ke 02 sekitar 9-10 persen," ujar Adi saat dihubungi, Kamis, 18 April 2019. Hal itu terpotret nyata dari migrasi pemilih dan raihan elektabilitas.
Baca: Debat Capres, Tim Prabowo Siapkan Kiat Gaet Pemilih Mengambang ...
Menurut Adi alasan pemilih mengambang yang akhirnya melabuhkan pilihannya ke Prabowo - Sandiaga karena mereka kecewa dengan kinerja pemerintah. Sehingga harapan terhadap kinerja dan capaian Joko Widodo dianggap kurang maksimal. Salah satunya adalah performa kerja di bidang ekonomi. "Karakteristik pemilih mengambang ini sedikit rasional.” Orang melihat kondisi ekonomi itu baik atau lebih buruk dari keadaan sebelumnya.
Sampai saat ini, berdasarkan pantauan terhadap tiga lembaga survei yakni Indikator, Indo Barometer, dan Charta Politika, pasangan Jokowi - Ma'ruf Amin masih lebih unggul dari pasangan Prabowo - Sandiaga.
Baca: Pengamat: Panggung Hiburan Mudah Pengaruhi Pemilih Mengambang
Hitung cepat Indikator pada Rabu, 17 April 2019, pukul 21.00 menunjukkan Jokowi unggul dengan perolehan suara 53,89 persen, Prabowo 46,11 persen dengan total suara masuk 92,61 persen. Indo Barometer menunjukkan Jokowi unggul dengan perolehan suara 54,35 persen, Prabowo 45,65 persen dengan total suara masuk 95,75 persen. Dan Charta Politika mencatat Jokowi unggul dengan perolehan suara 54,44 persen, Prabowo 45,56 persen dengan suara masuk 95,95 persen.