TEMPO.CO, Jakarta - Pemilih mengambang atau swing voters memiliki karakter tersendiri dalam menentukan sikap politik pada Pemilu. Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Siti Zuhro, mengatakan pemilih mengambang dapat menimbang pilihan sampai detik terakhir mereka berada di dalam bilik suara.
Baca: Kurangi Golput Pemilu, Aktivis Deklarasi Perkumpulan Swing Voters
"Swing voters adalah pemilih yang tidak ajeg," kata Siti di sela deklarasi Perkumpulan Swing Voters di Kafe Anomali, Menteng, Jakarta Pusat, Ahad, 20 Oktober 2018. Karena pilihannya yang tak pasti, ada kemungkinan pemilih mengambang gampang terpengaruh dengan bujukan partai-partai politik hingga menit-menit terakhir pencoblosan.
Siti mencontohkan pemilih mengambang dari kalangan kelas menengah ke bawah. Para pemilih dari kategori ini mudah dipengaruhi oleh hal-hal yang sifatnya menghibur. Salah satunya, kata Siti, adalah panggung musik. Fenomena ini pernah terjadi dalam pemilihan umum 2014. Pada pemilihan umum kala itu, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) rutin menggelar konser-konser Rhoma Irama. "Hasilnya, suara PKB tinggi saat itu," ujar Siti.
PKB kala itu memperoleh 11.298.950 suara. Angka itu setara dengan 9,04 persen suara. PKB mengungguli PAN, PKS, dan NasDem. Ia juga satu tingkat di bawah Partai Demokrat yang berhasil meraup suara 10,9 persen.
Tertariknya masyarakat dengan panggung hiburan ini terjadi lantaran tak semua kalangan mampu diajak berpikir serius. Jadi, kata Siti, panggung hiburan menjadi medium yang pas untuk menyampaikan visi dan misi.
Namun, Siti memandang, partai yang hendak menggelar panggung hiburan untuk meraup suara pemilih mengambang di kalangan akar rumput tak boleh melupakan transfer ilmu pengetahuan. "Kalau hiburan saja berarti panggung pesona, bukan kampanye. Kampanye itu mencerahkan," ujar Siti.
Simak juga: Berpose dengan Jari Dikaitkan Politik, Sandiaga: Nggak Penting
Saat ini, angka pemilih mengambang dalam Pemilu 2019 dinilai cukup besar. Dalam catatan Lembaga Survei Kedai KOPI, pemilih mengambang menduduki angka 30-35 persen elektoral. Artinya, dari 187 pemilih tetap (DPT), 50-56 juta orang di antaranya merupakan pemilih mengambang.