Persaingan di antara partai-partai lain juga semakin ketat. Partai Gerindra, yang mencalonkan kembali Wihadi Wiyanto, bakal bersaing dengan calon inkumben dari Partai Golkar, Satya Widya Yudha; calon inkumben dari Partai Demokrat, Didik Mukrianto; dan calon inkumben dari Partai Amanat Nasional, Bambang Budi Susanto. “Bersaing di basis suara partai tradisional, peluang mereka lebih besar karena sudah dikenal,” ujar Wawan.
Calon legislator dari PKB, Lukmanul Hakim, mengatakan akan berfokus di daerah pemilihan untuk menemui konstituennya hingga hari pemilihan 17 April. “Setiap hari ada 5-9 kali pertemuan yang saya hadiri. Tidak ada strategi yang lebih ampuh selain sering-sering bertemu dengan masyarakat,” kata Wakil Sekretaris Jenderal PKB itu.
Lukman menuturkan partainya mengambil langkah militan agar target dua kursi DPR untuk PKB dari daerah pemilihan ini tercapai. Modal PKB ialah mengusung pembahasan Rancangan Undang-Undang Pesantren dan Lembaga Keagamaan untuk mengeruk suara kalangan Islam tradisional di wilayah itu. “Masyarakat antusias. Ketika disahkan, ini menjadi pijakan penting bagi majunya pendidikan pesantren,” katanya.
Sementara itu, calon legislator dari Partai Golkar, Satya Widya Yudha, mengatakan partainya bersikap realistis untuk menjaga perolehan suara. Sebab, menurut dia, pemilihan umum secara serentak antara pemilihan presiden dan pemilihan legislatif membuat masyarakat cenderung mengabaikan calon legislatornya.
Dengan kekuatan partai politik yang merata, Satya mengaku harus lebih intensif dalam melakukan sosialisasi dengan mengusung konsep pembangunan daerah dan ekonomi. “Kontestasi tahun ini lebih berat, semua bisa terjadi di menit terakhir,” ujar Wakil Ketua Komisi Pertahanan dan Luar Negeri DPR ini.
Caleg Jawa Timur 9 dari Partai Demokrat, Didik Mukrianto, mengatakan hal senada. Menurut dia, euforia masyarakat terhadap pemilihan presiden mengikis perhatian kepada pemilihan legislatif. “Alhasil, masyarakat tidak lagi mengukur kapasitas caleg, tapi lebih kepada basis emosional,” kata Didik.