TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY menilai suhu politik Indonesia telah berubah sejak Pemilihak Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta pada 2017 lalu. Dalam momentum politik itu, SBY melihat masyarakat menjadi terbelit dengan isu-isu SARA.
Baca: Di depan Caleg Demokrat, SBY Beberkan Tiga Tantangan Pemilu 2019
"SARA dan politik identitas menguat, dipengaruhi oleh ideologi dan paham," kata SBY dalam pembekalan calon legislatif DPR RI Partai Demokrat di Hotel Sultan, Jalan Gatot Subroto, Jakarta, pada Sabtu, 10 November 2018.
Dalam kacamata SBY, mencuatnya isu politik identitas dan hal-hal berbau narasi ekstrem membuat atmosfer politik dan demokrasi Indonesia tidak sehat. Rakyat pun dihadapkan dengan situasi rawan pertengkaran hingga perpecahan.
Padahal, kata SBY, pada dasarnya, masyarakat Indonesia sudah rawan konflik. Tipikalnya yang berasal dari beragam etnis dan kultur ini membikin bangsa rawan terhadap senggolan-senggolan sensitif.
SBY mengimbau seluruh kadernya untuk menyerukan narasi-narasi politik yang positif. Imbauan itu berlaku bagi seluruh kader, baik caleg daerah maupun DPR RI. SBY menambahkan, ajakan itu berlaku untuk komponen bangsa dan para elite, serta pemimpin partai politik. "Kita akan mencegah terjadinya polotik identitas dan benturan ideologi dan paham yang makin ekstrem," katanya.
Simak: Alasan Andi Arief Unggah Video SBY Bermain Gitar di Twitter
Selain berpesan kepada kader, SBY memberi petuah kepada calon presiden dan wakil presiden supaya dapat menjaga semangat positif. SBY mengimbau keduanya menghindari politik identitas, ideologi, dan paham yang ekstrem.