TEMPO.CO, Yogyakarta - Politikus Partai Keadilan Sejahtera asal Daerah Istimewa Yogyakarta, Ahmad Sumiyanto, mengatakan selebaran yang beredar di masyarakat terkait dengan dugaan politik uang PKS adalah fitnah. "Itu pembunuhan karakter, keji itu," katanya saat dihubungi Tempo, Selasa, 8 April 2014.
Sebuah selebaran berisi imbauan bagi warga Berjo Kidul, Godean, Sleman, untuk memilih caleg PKS beredar di masyarakat. Caleg yang dimaksud adalah Ahmad Sumiyanto (DPR RI) dan Nandar Winoro (DPRD DIY). Sebagai kompensasi suara warga, dalam selebaran itu disebutkan Nandar telah menyiapkan uang sebesar Rp 12 juta bagi warga Berjo Kidul. "Ini tidak benar," kata Ahmad Sumiyanto menanggapi isi selebaran.
Ia menduga selebaran itu buatan orang-orang yang tak menginginkan PKS sukses mendulang suara dalam pemilu. Dengan demikian, berbagai upaya pembunuhan karakter pun dilakukan agar perolehan suara partainya anjlok.
Badan Pengawas Pemilu DIY menyatakan telah menerima kabar munculnya selebaran itu. Saat ini Ketua Bawaslu DIY Muhammad Najib telah meminta Panitia Pengawas Pemilu Kabupaten Sleman untuk mengusut kasus ini. Menanggapi rencana penyelidikan Bawaslu itu, Ahmad Sumiyanto mengatakan bersedia memberikan keterangan yang diperlukan. "Tak apa-apa (kalau Bawaslu mau memeriksa), saya tak melakukan itu (politik uang)," katanya. (Baca: Warga: Di Sini Terima Serangan Fajar)
Tempo belum berhasil meminta keterangan dari Nandar. Teleponnya tak diangkat ketika dihubungi. Pesan pendek yang dikirim juga belum dibalas.
Nandar dan Ahmad Sumiyanto adalah kolega di Fraksi PKS DPRD DIY. Nandar duduk di Komisi D, sementara Sumiyanto di Komisi B. Pada pemilu legislatif tahun ini, Nandar mencalonkan diri kembali sebagai anggota DPRD DIY. Sedangkan Sumiyanto mencalonkan untuk DPR RI.
ANANG ZAKARIA
Baca juga:
Cara Jokowi Jelaskan Kasus Busway Karatan
Kata Agnez Mo Soal Insiden Nip Slip
Bersaksi untuk Andi Mallarangeng, Adhyaksa Kesal
Kata Jokowi Soal Aliran Duit Busway Karatan ke Anaknya
Prabowo Bilang Pemimpin Jakarta Penipu, Ahok: Termasuk Saya Dong