Moeldoko, Budiman, dan Ryamizard justru menggelinding di kalangan internal PDIP. Namun Megawati kurang tertarik dengan Moeldoko, yang pernah disorot karena nilai kekayaannya. Ia telah tiga kali bertemu Ryamizard, yang pada akhir kekuasaan Megawati sebagai presiden pada 2004 diajukan menjadi Panglima TNI. Sang Jenderal kemudian beberapa kali diminta jalan bersama dengan Jokowi. (Baca: Jenderal Moeldoko Persilakan Partai ke Kantornya)
Yang terlihat gencar melobi Megawati adalah Jusuf Kalla. Ia disokong para pendiri lembaga pemikir Centre for Strategic and International Studies (CSIS) dan berhubungan erat dengan bos Kelompok Kompas Gramedia Jakob Oetama. (Baca: Duet Jokowi-Jusuf Kalla Raih Elektabilitas Tertinggi)
Pendiri CSIS Sofjan Wanandi mengatakan hasil survei lembaganya memang menjagokan Jokowi berpasangan dengan Jusuf Kalla. Namun, kata dia, bukan berarti CSIS mendukung Jusuf menjadi calon wakil presiden Jokowi dan menjadi pelobinya. Ia mengatakan, “Negara ini butuh pemimpin yang cepat, tegas, dan punya pengalaman nasional.” (Baca juga: Kriteria Cawapres Jokowi, PDIP: Mirip Joe Biden)