TEMPO.CO, Jakarta - Komisioner Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Mochammad Afifuddin mengakui jika kebutuhan tenaga medis tidak menjadi perhatian utama dalam penyelenggaraan pemilihan umum atau Pemilu 2019. "Tenaga medis tidak menjadi hal yang secara teknis disiapkan secara khusus," katanya dalam diskusi 'Silent Killer Pemilu Serentak' di d'Consulate, Jakarta, Sabtu, 27 April 2019. Akibatnya banyak petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) yang meninggal dunia dan sakit saat menjalankan tugas.
Yang biasa diperhatikan lebih besar oleh penyelenggara pemilu adalah faktor keamanan. "Kalau kesehatan setahu saya memang tidak secara spesifik diberikan."
Baca: Kubu Jokowi Berencana Beri Santunan Keluarga KPPS Meninggal
Selain itu, kata dia, banyaknya petugas yang sakit dan meninggal disebabkan juga banyaknya hal yang di luar perkiraan KPU dan Bawaslu saat melakukan simulasi pemungutan suara. Salah satu contohnya adalah kurang diperhitungkannya beban kerja petugas KPPS.
"Teman-teman dari jajaran KPPS itu tidak hanya bekerja mulai jam 7 pagi tapi dari malam hari dia sudah menyiapkan TPS,” ujar Afif. Itu pun ditambah penghitungan suara yang belum tentu semua lancar.
Baca: Kemarin, Petugas KPPS Meninggal Bertambah Menjadi 225 orang
Beban kerja sebesar itu, kata dia, secara tidak langsung membuat kejiwaan petugas KPPS tertekan. "Apalagi semua mata tertuju pada mereka."