TEMPO.CO, Pangkalpinang - Satu orang petugas Pengawas Pemilihan (Panwaslu) di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mengalami depresi berat hingga harus dibawa ke psikiater saat proses pungut hitung hasil Pemilihan Umum (Pemilu) 2019. Petugas tersebut adalah Hendra, Koordinator Divisi Organisasi dan Sumber Daya Manusia Panwaslu Kecamatan Tempilang Kabupaten Bangka Barat.
Baca juga: Dari JK Hingga Mantan Ketua MK Usulkan Evaluasi Pemilu Serentak
"Yang bersangkutan mengalami depresi berat setelah proses pungut hitung. Sudah dibawa ke Puskesmas dan lalu dianjurkan untuk dibawa ke psikiater," ujar Ketua Bawaslu Bangka Belitung Edy Irawan kepada Tempo, Jumat, 26 April 2019.Selain itu, kata Edy, ada lima petugas Panwaslu yang mengalami kecelakaan lalu lintas karena berkendara dalam keadaan kelelahan. Salah satu dai mereka, Herman, petugas Tempat Pemungutan Suara (TPS) Desa Sadai Warga Dusun Nipah Kuning Desa Sadai Kabupaten Bangka Selatan, meninggal dunia dalam peristiwa ini.
"Rekan kita Herman yang meninggal mengalami kecelakaan sepulang dari mengawasi pembagian C6 kepada pemilih. Empat orang lain menderita luka-luka karena terjatuh saat berkendara dan ditabrak pengendara lain. Rata-rata karena kelelahan saat mengawasi proses pungut hitung," ujar dia.
Menurut Edy, total ada 16 petugas pengawas pemilu se- Bangka Belitung yang sakit, kecelakaan dan meninggal dunia, saat menjalankan tugas mengawasi jalannya pemilu.
"Yang sakit sekitar 10 orang dan harus dirawat di rumah sakit. Sakit yang diderita beragam mulai dari vertigo, asam lambung, demam, maag, pusing, pendarahan sampai dengan serangan jantung," ujar dia.
Edy sudah melaporan soal ini kepada Bawaslu RI. Dan untuk bantuan pengobatan, kata dia, masih disiapkan oleh Bawaslu RI. "Sementara ini bantuannya masih personal ke personal di internal Bawaslu. Untuk bantuan dengan menggunakan anggaran negara masih disiapkan oleh Bawaslu RI," ujar dia.
SERVIO MARANDA (Pangkalpinang)