TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Dewan Pimpinan Pusat Partai Amanat Nasional atau PAN, Yandri Susanto menuturkan partainya tak akan mengubah strateginya dalam Pemilu 2019 ini. Menurutnya PAN tak percaya hasil survei Lingkar Survei Indonesia (LSI) Denny JA, dan mengaku lebih paham kekuatan internal mereka.
Baca juga: PKS Janji Perjuangkan Pembebasan Pajak Penghasilan, Jika...
“Selama pemilu di era reformasi PAN selalu 5 besar. Ya artinya strategi kami biasa-biasa saja seperti selama ini menggerakan para caleg,” ujar Yandri ditemui Tempo di Komplek Parlemen, Senayan, Senin, 4 Maret 2019.
Survei LSI Denny JA pada Januari 2019 menunjukan ada tiga partai Islam yang berpotensi tidak lolos parliamentary threshold sebesar 4 persen pada 2019, yaitu PAN, PKS, dan PPP. Hanya PKB yang dianggap sudah aman. Survei tersebut mencatat elektabilitas PKB sebesar 9,3 persen; PKS 4,6 persen; PPP 4,1 persen; PAN 1,6 persen di kalangan pemillih muslim.
Menurut peneliti LSI Denny JA, Ikram Masloman, melihat PKS sengaja memilih dua isu ekonomi sebagai barang dagangan utama mereka. Karena kata dia, partai tidak bisa hanya berjualan isu agama saja.
Ia mengatakan salah satu faktor partai Islam mulai menjual isu di luar agama terjadi karena adanya kegamangan. Pada Pemilu 1999 ke 2004, partai-partai yang mengeksploitasi isu Islam tidak cukup mendongkrak suara partai. Sehingga, mereka mulai mengkapitalisasi isu lain, seperti ekonomi.
Menurut Yandri PAN sudah menetapkan isu-isu seperti masalah kesejangan, tenaga kerja asing, dan masalah keumatan. Tapi secara spesifik, kata Yandri, PAN menyerahkan hal itu kepada caleg untuk menangkap masalah-masalah di setiap daerah pemilihan masing-masing.
“Jadi sekali lagi strategi kami tidak akan pernah kami ubah. Strategi per-teritorial atau dapil, kemudian ya itu para caleg itu bersaing dengan sehat dan bersinergi di masing-masing dapil. Itu yang kami lakukan selama ini,” ucapnya.
Baca juga: Prabowo: Saya Dapat Dukungan PPP yang Bukan Hasil Akal-akalan
Meski demikian diakui oleh Wakil Ketua Umum PAN, Bara Hasibuan bahwa dalam Pemilu 2019 ini isu yang ditawarkan ke publik harus yang lebih berkaitan dengan kehidupan masyarakat sehari-hari. Ia sepakat, untuk tidak menekankan terhadap politik identitas agama dalam kampanye.
“Kamu juga punya tanggung jawab sebagai partai politik untuk tidak menekankan kepada identitas agama dalam kampanye ini,” tuturnya.
FIKRI ARIGI | FRISKI RIANA