TEMPO.CO, Jakarta - Lembaga pemantau pemilu, Kode Inisatif menilai hoaks politik akan semakin subur menjelang pemungutan suara pemilu, 17 April mendatang. Ketua Kode Inisiatif Veri Junaidi mengatakan hal ini terjadi karena ruang publik lebih banyak diisi oleh konten politik negatif.
Baca juga: Ma'ruf Amin di Karawang, Cegah Hoaks Jokowi Menang Azan Dilarang
"Konten positifnya ini sangat minim," ujar Veri kepada Tempo di kantor Badan Pengawas Pemilu, Ahad, 3 Maret 2019.
Selama ini, menurut Very, konten negatif memang mengisi ruang publik. Akibatnya, banyak timbul hoaks seperti soal surat suara dan sebagainya.
Padahal, kata dia, ruang publik seharusnya lebih banyak diisi konten positif untuk mencegah banyaknya hoaks yang beredar. "Oleh karena itu, yang bisa dilakukan adalah mengisi ruang publik dengan konten positif," katanya.
Veri mengatakan, lembaganya yang juga sebagai masyarakat sipil peduli pemilu turut melawan hoaks. Salah satunya, kata dia, dengan mengisi konten pemilu dan politik yang positif ke ruang publik. "Yang bisa kami lakukan adalah pendidikan politik untuk mengisi kekosongan konten positif," ucapnya.
Veri menuturkan Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) juga harus memantau beredarnya konten negatif serta hoaks di ruang publik untuk mencegah hoaks. "Kalau ada informasi yang viral dan masuk hoaks, harus mengkonter informasi itu. Gerak cepat sebelum isu menyebar," tuturnya.
Baca juga: Mahfud MD Sebut Ada Produsen Hoaks Ingin Rusak Pemilu
Di sisi lain, Veri juga menyayangkan jika kabar-kabar hoaks ini banyak dimanfaatkan kedua kubu pasangan capres-cawapres yang sedang berlaga. Menurut dia, isu hoaks kerap kali dijadikan strategi antarkubu sebagai alat pemenangan untuk mendelegitimasi salah satu calon.