TEMPO.CO, Jakarta - Tiga dari empat partai pengusung calon presiden dan calon wakil presiden nomor urut dua, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, secara terbuka menyatakan akan berfokus memenangi pemilihan legislatif dibanding pemilihan presiden. Langkah tersebut diambil karena dua pemilihan raya yang akan berlangsung bersamaan itu menyebabkan partai yang tak mengusung kader sendiri sebagai calon presiden atau wakil presiden bakal kesulitan mendapat efek elektoral.
Baca: Antara Pileg dan Pilpres 2019, Ibas: Demokrat First
Ketua Komisi Pemenangan Pemilu Partai Demokrat, Edhie Baskoro Yudhoyono, mengatakan partainya menerapkan strategi berbeda untuk menghadapi pemilihan mendatang. Menurut dia, efek elektoral pilpres atau biasa disebut coattail effect hanya akan dirasakan oleh Partai Gerindra dan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan yang mengusung kadernya sebagai calon presiden maupun wakil presiden. “Karena itu, kami Demokrat first. Kami juga berharap Demokrat tetap ada di parlemen,” ujar dia, Ahad, 11 November 2018.
Selain karena pileg dan pilpres yang dilakukan secara serentak, naiknya ambang batas parlemen pada pemilihan mendatang juga menjadi persoalan tersendiri. Pada pemilu tahun depan, ambang batas parlemen naik menjadi empat persen dari sebelumnya 3,5 persen. Edhie Baskoro—akrab dipanggil Ibas—menilai strategi pemenangan pileg partainya bakal menyasar akar rumput di daerah dan tak lagi berusaha menyasar pemilih Prabowo Subianto.
Selama sisa waktu lima bulan kampanye pileg dan pilpres, sejumlah survei menunjukkan banyak partai yang berpotensi tergeser dari parlemen. Bahkan sejumlah partai lawas, seperti Partai Keadilan Sejahtera, Partai Amanat Nasional, NasDem, Hanura, dan Partai Persatuan Pembangunan.
Baca: Caleg PAN Tak Dukung Prabowo, Sandiaga: Caleg Partai Lain Dukung
Sekretaris Jenderal PAN, Eddy Soeparno, juga mengakui ada kekhawatiran partainya tak memperoleh kursi di Dewan Perwakilan Rakyat. Karena itu strategi kampanye para calon legislator yang diusung PAN juga tak bisa lagi mengandalkan nama Prabowo. Persoalan lebih runyam ketika sejumlah pemilih PAN di daerah justru menginginkan Joko Widodo sebagai presiden. “Jadi caleg kami di daerah pada enggak mau mengkampanyekan Prabowo karena bertentangan dengan pilihan konstituen,” kata dia.
Direktur Pencapresan PKS, Suhud Alynuddin, mengakui pileg 2019 secara teori bakal lebih berat ketimbang sebelumnya. Namun PKS tetap akan mengerahkan mesin partai untuk memenangkan Prabowo. “Bekerja tetap fifty-fifty. Kami orang-orang yang menghargai komitmen,” ujar dia.
Baca: AHY Klaim Demokrat Tak Bergantung Efek Ekor Jas dari Prabowo
Partai Kebangkitan Bangsa menyatakan akan menjalankan strategi penguatan suara calon anggota legislatif sekaligus mendukung perolehan suara calon presiden dan wakil presiden nomor urut satu, Joko Widodo-Ma’ruf Amin. Begitu pula dengan NasDem. “Kami mengutamakan pemenangan di pileg dan pilpres. Mesin partai di dua pemilihan ini tetap berjalan,” kata Sekretaris Jenderal NasDem, Johnny Plate.
INDRI MAULIDAR | BUDIARTI UTAMI PUTRI