TEMPO.CO, Jakarta - Kejaksaan Agung memperkuat intelijennya untuk mengantisipasi perang asimetris yang berpotensi meningkat pada Pemilu 2019. Kewaspadaan terhadap perang asimetris bakal menjadi pokok bahasan dalam Rapat Kerja Teknis Bidang Intelijen 2018.
"Saat ini kita juga dihadapi oleh perang asimetris yang tidak kasat mata, mengingat Indonesia akan menghadapi pemilu pada tahun 2019," ujar Wakil Jaksa Agung Arminsyah dalam pembukaan Rakernis Bidang Intelijen, Selasa, 4 September 2018.
Baca: Ngabalin Tuding #2019GantiPresiden Mau Kacaukan Pemilu
Arminsyah menuturkan wujud perang asimetris berupa serangan non-militer berpola isu, tema, penggiringan opini di media sosial yang menimbulkan kegaduhan, bahkan berpotensi memecah belah persatuan. Perang model demikian, kata dia, juga mengancam stabilitas keamanan negara.
Arminsyah memprediksi fenomena perang asimetris akan mengalami peningkatan signifikan pada tahun politik. Seperti peretasan website pemerintah, kampanye hitam, ujaran kebencian, dan penyebaran hoax.
Simak: Ngabalin Sebut #2019GantiPresiden Makar, Begini Kritik Demokrat
Melihat potensi ancaman itu, Arminsyah meminta aparat intelijen kejaksaan tidak bekerja serampangan. Dia juga meminta intelijen kejaksaan tidak pasif. Arminsyah mendorong intelijen kejaksaan meningkatkan pengetahuannya tentang kemajuan teknologi. "Jangan pasif dengan menunggu di belakang meja," ujarnya.
Jaksa Agung Muda Bidang Intelijen Jan S. Maringka mengharapkan optimalisasi dan konsolidasi dengan lembaga dan penyelenggara negara lainnya, terutama di masa pergantian kepala negara. "Kita harapkan bisa menjaga suasana tetap kondusif," ujarnya.