TEMPO.CO, Jakarta - Kekisruhan pada pemilihan presiden di Hong Kong terungkap berkat cuitan seorang TKI di Twitter yang mengeluhkan kondisi TPS yang ditutup.
Insiden ini menegaskan bahwa media sosial juga berperan penting dalam pemilu. Pengamat media sosial, Nukman Luthfie, mengatakan media sosial seperti Twitter bisa menjadi pengawas selama masa pemilu.
"Antusiasme warga Twitter itu sangat besar. Mereka akan langsung menulis atau mengunggah foto jika ada kejanggalan," kata Nukman kepada Tempo, Selasa, 8 Juli 2014.(Baca: 215 Pemantau Asing Tinjau Pemilu Presiden )
Bukan hanya itu, media sosial pun bisa menyorot Komisi Pemilihan Umum (KPU) jika ada kecurangan pemilu. "KPU tidak akan tinggal diam dan akan bekerja keras karena sorotan akan tertuju kepadanya jika ada kejanggalan," kata Nukman.
Menurut Nukman, antusiasme warga media sosial juga menuntut KPU agar lebih terbuka dan tidak mendiamkan kejanggalan. "Misalnya, kasus Hong Kong, meskipun pihak KPU menyatakan kalau insiden yang terjadi hanya insiden kecil, dari media soisla kita bisa tahu kekisruhannya seperti apa," kata Nukman.
RINA ATMASARI
Berita Terpopuler:
Buruh Bantah Dukung Prabowo di Hari Tenang
Kasus Hong Kong, Politikus PDIP Minta Diulang
Beda Strategi dan Gaya Sosmed Prabowo dan Jokowi
KPK Larang Staf Khusus Menteri PDT ke Luar Negeri