TEMPO.CO, Malang - Pengasuh Pondok Pesantren Babussalam, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Agus Thoriq Darwis bin Ziyad, merasa tersinggung dengan pernyataan politikus Partai Keadilan Sejahtera Fahri Hamzah yang menyebut sinting calon presiden Joko Widodo karena mendukung penetapan 1 Muharam sebagai Hari Santri Nasional. "Dia keterlaluan, tapi sudah kami maafkan demi kebaikan umat. Dia tidak tahu latar belakang munculnya ide Hari Santri Nasional," kata Gus Thoriq, sapaan akrab Agus Thoriq, Selasa dinihari tadi, 8 Juli 2014.
Thoriq menceritakan sebelumnya ia telah menjelaskan ide Hari Santri Nasional (HSN) kepada Jokowi pada Jumat dua pekan lalu, 27 Juni 2014. Ketika itu Jokowi tiba di Pesantren Babussalam untuk menghadiri haul pendiri Nahdlatul Ulama KH Hasyim As'ayri dan mantan Presiden Sukarno. Di akhir acara itu, Jokowi menandatangani surat pernyataan mendukung penetapan 1 Muharam sebagai HSN.
Menurut dia, dalam sejarah, pesantren dan para santri ikut berperan besar terhadap kemerdekaan Indonesia. Jasa pesantren dan santri seharusnya dihargai dengan tidak mengabaikan mereka dalam pembangunan.
Sebenarnya, kata Thoriq, HSN sudah disuarakan sejak 2010. Thoriq membahas ide tersebut bersama sejumlah pondok pesantren dan ulama di wilayah tapal kuda Jawa Timur, yakni Pasuruan, Lumajang, Probolinggo, dan Jember. Keluarga mantan Presiden Abdurrahman Wahid alias Gus Dur pun dilibatkan. "Harapannya waktu itu Gus Dur bisa jadi tumpuan penetapan 1 Muharam sebagai hari santri. Namun, takdir berkata lain. Gus Dur wafat," kata Thoriq, yang masuk PDI Perjuangan Kabupaten Malang setelah keluar dari Partai Demokrat setempat. (Baca juga: Pesantren Lirboyo Dukung Penetapan Hari Santri Nasional)
Menurut Thoriq, putri kedua Gus Dur, yakni Zannuba Arifah Chafsoh alias Yenny Wahid, mendukung ide penetapan hari santri dengan mendatangi Pesantren Babussalam. Yenny, kata Thoriq, datang bersama suaminya, politikus Partai Gerindra Dhohir Farizi.
Menurut Thoriq, selain didukung keluarga Gus Dur dan sejumlah ulama sepuh di Jawa Timur, ide HSN salah satunya, didukung Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj. Dukungan tersebut dituangkan dalam surat rekomendasi bernomor 2548/A.II/03/10/2012 yang akan ditetapkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 1 Muharam 1433 Hijriah atau 15 November 2012.
Dukungan PBNU diikuti oleh Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Jawa Timur (PWNU). Penandatanganan dukungan oleh PBNU dan PWNU Jawa Timur dilakukan dalam sebuah acara pertemuan pesantren di Universitas Negeri Jember.
Menariknya, menurut Thoriq, bekas Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum mendahului PBNU untuk mendukung penetapan hari santri. Dukungan Anas dilakukan ketika mengunjungi Pesantren Babussalam pada 2010.
Namun, pemerintah pusat ternyata tidak merespons ide HSN. Sejumlah politikus pun terkesan anti-HSN. Thoriq berharap hari santri tidak dijadikan komoditas politik dalam proses pemilihan presiden. "Sebaliknya harus menjadi perekat kerukunan umat Islam dan kerukunan dengan rumat beragama lainnya," katanya.
ABDI PURMONO
Baca juga:
Slank: Salam 2 Jari, Konser Kemanusiaan Terbesar
Buruh Bantah Dukung Prabowo di Hari Tenang
Bos Lion Air Incar Proyek Kereta Ekspres Bandara