TEMPO.CO, Jakarta - Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Tjahjo Kumolo mengatakan partainya akan sangat selektif dalam membangun koalisi menghadapi pemilihan presiden 9 Juli nanti.
"Kami ingin kerja sama yang kecil, tak banyak partai," kata Tjahjo usai rapat dengan pengurus daerah PDIP di kediaman Megawati Soekarnoputri, Jalan Teuku Umar, Jakarta, Selasa, 15 April 2014. (Baca juga: Projo: Koalisi PDIP-NasDem Bukan Arisan Kursi).
Menurut Tjahjo, partai hanya mau membangun kerja sama dengan partai yang punya platform dan ideologi yang sama dengan PDIP. Peserta koalisi juga harus mendukung Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo sebagai calon presiden.
PDIP, kata Tjahjo, tak mau mengulang kisah koalisi dalam pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Menurut PDIP, koalisi yang dibangun Yudhoyono tak efektif. "Koalisi yang gemuk seperti setgab itu kami tak mau," ucapnya. (Baca juga: Lobi PDIP ke PPP Terganjal Konflik Internal).
Menurut Tjahjo, partainya ingin membangun kerja sama seperti yang sudah disepakati dengan partai NasDem. Koalisi dengan NasDem tidak didasarkan pembagian kekuasaan. "Tidak harus cawapres ini, menteri ini." Meskipun begitu, kata Tjahjo, PDIP tetap akan mengajak para peserta koalisi untuk menentukan pendamping Jokowi.
Tjahjo mengatakan, partainya sangat menghormati kebijakan Ketua Umum NasDem Surya Paloh yang mau terbuka membicarakan sosok calon wakil presiden. Dia ingin dengan partai koalisi lain pun pembicaraan mengenai calon pendamping Jokowi dan menteri dilakukan terbuka.
Mengenai nama-nama cawapres yang sudah disampaikan calon anggota koalisi, Tjahjo mengatakan sudah disampaikan kepada Megawati. Misalnya, calon wakil presiden yang diajukan Partai Kebangkitan Bangsa. Usul dari PKB itu disampaikan oleh Muhaimin kepada Jokowi dan sudah disampaikan ke Mega. "Usul kan boleh, tapi nanti akan duduk bersama."
IRA GUSLINA SUFA
Baca juga:
Pelaku Sodomi Murid TK Internasional Berkomplot
Menit-menit Kemenangan Timnas U-19 atas UEA
Sri Mulyani Disebut Marah Bailout Century Membengkak
Dilaporkan sebagai Penipu, Ligwina Belum Tahu
Cerita Investasi Ferdi Hasan Hingga Rugi Rp 12 M