Sowan Kiai Tak lagi Efektif Dongkrak Suara  

Editor

Rini Kustiani

image-gnews
KH Abdullah Faqih (kiri), KH Fachruddin Mastura, KH Munasir saat pertemuan kiai-kiai Nahdlatul Ulama yang tergabung dalam Forum Langitan di pesantren Langitan, Tuban , Jawa Timur tahun 1999. TEMPO/ Jalil Hakim
KH Abdullah Faqih (kiri), KH Fachruddin Mastura, KH Munasir saat pertemuan kiai-kiai Nahdlatul Ulama yang tergabung dalam Forum Langitan di pesantren Langitan, Tuban , Jawa Timur tahun 1999. TEMPO/ Jalil Hakim
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat politik dari Universitas Gadjah Mada, Abdul Gaffar Karim, mengatakan para calon presiden dan calon anggota legislatif sowan ke kiai untuk membuat jalan pintas kepada konstituennya. Musababnya, selama ini kebanyakan calon tak terjun langsung dalam kehidupan konstituen.

"Kiai-lah yang menjadi penghubung antara calon legislator atau presiden dan pemilih," kata Gaffar saat dihubungi, Selasa, 1 April 2014. Dewan Ahli Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama ini menilai cara para petinggi partai dan kandidat sowan ke pesantren tidaklah efektif. Peran kiai, kata dia, kini tak sesakral dulu. "Kajian mutakhir menyebutkan, terhadap pilihan politik, santri tak lagi bergantung pada kiai."

Berbeda, Zannuba Ariffah Chafsoh menganggap masih ada potensi mendulang suara di kantong-kantong NU itu. Yenny Wahid, begitu dia kerap disapa, mengatakan akses media dan preferensi, khususnya untuk pesantren salafi, masih lemah. Dengan demikian, banyak santri menyerahkan pilihannya ke kiai. "Yowis, opo sendiko kiai mawon (ya sudah, apa kata kiai saja)," kata putri Presiden Indonesia yang keempat, Abdurrahman Wahid.

Menurut dia, kampanye calon legislator di pesantren akan lebih efektif ketimbang pilihan presiden. Musababnya, para santri jarang melihat caleg di media. "Berbeda dengan calon presiden. Yang ini, santri lebih sulit diarahkan," katanya.

Kiai, kata dia, pasti akan menerima siapa pun calon legislator, petinggi partai, dan presiden yang datang ke kediamannya. "Namanya juga tamu, pasti minta doa," katanya. Namun tak sampai di situ. "Minta dukungan ke kiai itu otomatis."

Yenny juga tak menutup kemungkinan adanya politik transaksional antara kiai dan calon. "Ini stigma negatif dari segelintir saja," dia mengungkapkan. Di beberapa pesantren, kata dia, memang menjadi fenomena, seusai pemilihan kepala daerah, kiai tiba-tiba memiliki mobil mewah baru.

Iklan
image-banner
Scroll Untuk Melanjutkan

Yang lebih banyak adalah pola-pola perjanjian jika calon yang didukung terpilih pesantren lalu menagih komitmennya. Baginya, pola ini wajar dan tak hanya bagi kiai. "Ini kan namanya aspirasi, bukan transaksional," katanya.

MUHAMMAD MUHYIDDIN

Topik terhangat:

MH370 | Kampanye 2014 | Jokowi | Prabowo | Dokter TNI AU

Berita terpopuler lainnya:
3 Insiden Ini Bikin Heboh Saat SBY Berkampanye
PPATK Kritik Cara KPK Tangani Adik Ratu Atut 
Telat Ngantor, Jokowi: Pemimpin Kok Diabsen 
Kata Ahok Soal Sumbangan Rp 60 M Prabowo di Pilgub

Iklan


Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Angka Keramat Nawacita

28 April 2015

Angka Keramat Nawacita

Pemilihan Presiden Juli 2014 lalu menjadi etos baru bagi rakyat untuk menentukan calon pemimpinnya. Bagi saya dan sebagian pemilih Jokowi, yang untuk pertama kalinya memilih dalam pemilihan, karena sebelumnya golongan putih, ada motif yang menggerakkan kami. Salah satu motif itu adalah janji kampanye Jokowi yang bertitel Nawacita.


Pemilu 2014 Berlalu, Ini Daftar Pelanggarannya  

17 Desember 2014

Presiden dan Wakil Presiden terpilih Joko Widodo dan Jusuf Kalla mengacungkan tiga jari saat konferensi pers di rumah dinas Gubernur, Jakarta (21/8). Dalam Konferensi pers Jokowi mengapresiasi keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang menolak semua gugatan atas sidang sengketa perselisihan hasil pemilu presiden. Tempo/Aditia Noviansyah
Pemilu 2014 Berlalu, Ini Daftar Pelanggarannya  

Kemitraan menemukan suap dalam pemungutan suara.


Obor Rakyat, Polisi Tunggu Keterangan Jokowi

5 Agustus 2014

Pemimpin Redaksi Tabloid Obor Rakyat, Setiyardi Budiono (kanan) didampingi Pengacaranya, Hinca Panjaitan (kiri) tiba memenuhi panggilan pemeriksaan di Gedung Bareskrim Mabes Polri, Jakarta Selatan, Senin 23 Juni 2014. Setelah mangkir pada pemeriksaan perdana, hari ini Setiyardi hadir untuk menjalani pemeriksaan sebagai saksi. TEMPO/Dhemas Reviyanto
Obor Rakyat, Polisi Tunggu Keterangan Jokowi

Keterangan Jokowi diperlukan agar kasus pengaduan tabloid Obor Rakyat dapat diproses lebih lanjut


Ahok Soal Pilpres: Jangan Golput, Nanti Menyesal

9 Juli 2014

Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok menyatakan mendukung Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo maju sebagai capres 2014 kepada wartawan di Balaikota, Jakarta Pusat, Jakarta (14/3). Dalam keterangannya Ahok menyatakan siap menggantikan posisi Gubernur dan mendukung pencalonan Jokowi sebagai presiden dari partai PDI-P. ANTARA/Muhammad Adimaja
Ahok Soal Pilpres: Jangan Golput, Nanti Menyesal

Dengan memilih, Ahok berujar, kemungkinan warga merasakan penyesalan jauh lebih kecil ketimbang mengabaikan haknya.


Ribuan DPT Ganda Dicoret di Kota Bekasi  

8 Juli 2014

Ribuan DPT Ganda Dicoret di Kota Bekasi  

Setiap kelurahan terdapat sekitar 100 DPT ganda.


Netizen Dukung Jokowi-Kalla di Semua Segmen Debat  

6 Juli 2014

Calon presiden nomor urut dua Joko Widodo mengacungkan jari membentuk simbol
Netizen Dukung Jokowi-Kalla di Semua Segmen Debat  

Secara keseluruhan, Jokowi-Kalla dipercakapkan hingga 64.297 kali, jauh mengungguli Prabowo-Hatta.


Hatta Tanya Kalpataru, JK: Keliru, Itu Adipura  

5 Juli 2014

Hatta Rajasa. TEMPO/Aditia Noviansyah
Hatta Tanya Kalpataru, JK: Keliru, Itu Adipura  

Hatta hanya tersenyum pahit dan enggan melanjutkan pertanyaan.


Pendukung Jokowi Bagikan Obor Rahmatan Lil Alamin  

5 Juli 2014

Tabloid Obor Pro Jokowi Beredar di Garut
Pendukung Jokowi Bagikan Obor Rahmatan Lil Alamin  

Selain tabloid, mereka juga membagikan jadwal puasa Ramadan dan pin bergambar Jokowi-JK.


Tabloid Sapujagat Serang Jokowi Lewat Isu Komunis  

5 Juli 2014

Capres, Joko Widodo menyampaikan orasinya pada kampanye terbuka bersama Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) di lapang Tegalega, Bandung, Jawa Barat. 3 Juli 2014. TEMPO/Aditya Herlambang Putra
Tabloid Sapujagat Serang Jokowi Lewat Isu Komunis  

Sapujagat sebenarnya bukan media baru. Tabloid 16 halaman yang berkantor di Jalan Makam Peneleh Nomor 39, Surabaya, itu sudah muncul sejak awal 2000.


Kampanye Hitam Juga Serang Kampung Deret

5 Juli 2014

Anak anak kecil bersalaman dengan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo usai meresmikan kampung deret di Petogogan, Jakarta Selatan (3/4). Sebanyak  123 unit rumah warga yang direhab di RW 03 dan 05, kini siap di huni dengan berbagai fasilitas seperti taman dan wifi gratis. TEMPO/Dasril Roszandi
Kampanye Hitam Juga Serang Kampung Deret

Dukungan warga terbelah diantara dua calon presiden di sejumlah sudut Jakarta.