Kisah Koordinator Pengumpul Massa Kampanye  

Reporter

Selasa, 25 Maret 2014 11:28 WIB

Seorang artis musik Dangdut bergoyang dalam menghibur kampanye perdana Partai Golkar di Lapangan Simpanglima, Semarang, (16/3). Tempo/Budi Purwanto

TEMPO.CO, Jakarta - Tjao Tji Hu, 50 tahun, menyesap tehnya saat selesai mengatur puluhan warga yang dibawanya masuk ke dalam aula Gelanggang Olahraga Cendrawasih, Cengkareng, Jakarta Barat. Ahu, sapaan akrabnya, mengatakan 50 orang itu adalah warga Pekojan yang biasanya menghadiri kampanye-kampanye partai politik. "Mereka sudah biasa ikut kampanye, jadi tidak kaku lagi," kata Ahu kepada Tempo, Senin, 24 Maret 2014.

Ahu mengatakan sudah menjadi koordinator pengumpul massa sejak 1999 dan telah memiliki banyak rekan lewat profesi sampingannya itu. Tiap masa kampanye, ia akan berkoordinasi dengan teman-temannya untuk mengatur jadwal orang-orang yang akan ikut kampanye. Alasannya, biasanya seorang koordinator memiliki partai spesialisasi masing-masing. "Jadi, warganya tetap sama, tapi yang koordinator yang mengajaknya berbeda," katanya.

Ia mengatakan rekan koordinatornya biasanya memiliki pekerjaan utama selain menjadi koordinator. Sebab, upah sebagai pengumpul massa tak cukup. Ahu yang berprofesi sebagai distibutor popok bayi sekali pakai itu merincikan uang kampanye yang diterimanya biasanya bersisa Rp 200 ribu setelah dibagi ke simpatisan dan dikurangi uang transportasi. (Baca: Kampanye Caleg, Politik Uang Mulai Terendus)

Uang itu lebih sering digunakannya untuk menambal fasilitas umum, seperti pengasapan dan kebersihan di lingkungan tempat tinggalnya di Bandengan Utara III, RT 011 RW 012, Penjaringan, Jakarta Utara. Keputusan itu dipilihnya lantaran ia merupakan mantan pengurus RW di wilayah itu.

Namun ia tak menampik profesi koordinator massa kampanye juga menjadi tambang emas jika lobinya canggih. Ahu mengisahkan temannya yang menerima Rp 10 juta di luar tugasnya sebagai koordinator pada setiap masa kampanye dari seorang calon legislator asal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan. "Kalau diseriusin, sih, bisa ikut tajir juga," ujarnya. (Baca juga: Prabowo Kampanye Naik Kuda, Ahok: Kan Turunan Diponegoro)

Untuk setiap kampanye, biasanya Ahu menerima Rp 250 ribu sebagai uang transportasi untuk menyewa satu unit Mikrolet. Nilai tersebut akan lebih besar jika untuk kampanye akbar.

Ihwal upaya menyetir pilihan simpatisan, Ahu mengatakan warga yang hadir sebagai simpatisan tak memusingkan janji yang diumbar calon legislator yang sedang berkampanye. Menurut dia, masyarakat saat ini sudah sangat mumpuni menimbang caleg yang layak dipilih atau tidak. "Mereka cuma mau uangnya. Soal pilihan, sih, tak bisa diutak-atik," kata Ahu. (Baca: Golkar Sebut Pemilih di Desa Tak Kenal Jokowi dan Diserang Lawan Politik, Jokowi: Aku Rapopo)

LINDA HAIRANI




Berita Lainnya:
MH370 Jatuh, Seluruh Awak dan Penumpang Tewas
Jatuhnya MH370 Diungkap Satelit Inggris
Pengumuman MH370, Isak Tangis Pecah di Beijing
Pernyataan Lengkap PM Malaysia Soal MH370

Berita terkait

Angka Keramat Nawacita

28 April 2015

Angka Keramat Nawacita

Pemilihan Presiden Juli 2014 lalu menjadi etos baru bagi rakyat untuk menentukan calon pemimpinnya. Bagi saya dan sebagian pemilih Jokowi, yang untuk pertama kalinya memilih dalam pemilihan, karena sebelumnya golongan putih, ada motif yang menggerakkan kami. Salah satu motif itu adalah janji kampanye Jokowi yang bertitel Nawacita.

Baca Selengkapnya

Pemilu 2014 Berlalu, Ini Daftar Pelanggarannya  

17 Desember 2014

Pemilu 2014 Berlalu, Ini Daftar Pelanggarannya  

Kemitraan menemukan suap dalam pemungutan suara.

Baca Selengkapnya

Obor Rakyat, Polisi Tunggu Keterangan Jokowi

5 Agustus 2014

Obor Rakyat, Polisi Tunggu Keterangan Jokowi

Keterangan Jokowi diperlukan agar kasus pengaduan tabloid Obor Rakyat dapat diproses lebih lanjut

Baca Selengkapnya

Ahok Soal Pilpres: Jangan Golput, Nanti Menyesal

9 Juli 2014

Ahok Soal Pilpres: Jangan Golput, Nanti Menyesal

Dengan memilih, Ahok berujar, kemungkinan warga merasakan penyesalan jauh lebih kecil ketimbang mengabaikan haknya.

Baca Selengkapnya

Ribuan DPT Ganda Dicoret di Kota Bekasi  

8 Juli 2014

Ribuan DPT Ganda Dicoret di Kota Bekasi  

Setiap kelurahan terdapat sekitar 100 DPT ganda.

Baca Selengkapnya

Netizen Dukung Jokowi-Kalla di Semua Segmen Debat  

6 Juli 2014

Netizen Dukung Jokowi-Kalla di Semua Segmen Debat  

Secara keseluruhan, Jokowi-Kalla dipercakapkan hingga 64.297 kali, jauh mengungguli Prabowo-Hatta.

Baca Selengkapnya

Hatta Tanya Kalpataru, JK: Keliru, Itu Adipura  

5 Juli 2014

Hatta Tanya Kalpataru, JK: Keliru, Itu Adipura  

Hatta hanya tersenyum pahit dan enggan melanjutkan pertanyaan.

Baca Selengkapnya

Pendukung Jokowi Bagikan Obor Rahmatan Lil Alamin  

5 Juli 2014

Pendukung Jokowi Bagikan Obor Rahmatan Lil Alamin  

Selain tabloid, mereka juga membagikan jadwal puasa Ramadan dan pin bergambar Jokowi-JK.

Baca Selengkapnya

Tabloid Sapujagat Serang Jokowi Lewat Isu Komunis  

5 Juli 2014

Tabloid Sapujagat Serang Jokowi Lewat Isu Komunis  

Sapujagat sebenarnya bukan media baru. Tabloid 16 halaman yang berkantor di Jalan Makam Peneleh Nomor 39, Surabaya, itu sudah muncul sejak awal 2000.

Baca Selengkapnya

Kampanye Hitam Juga Serang Kampung Deret

5 Juli 2014

Kampanye Hitam Juga Serang Kampung Deret

Dukungan warga terbelah diantara dua calon presiden di sejumlah sudut Jakarta.

Baca Selengkapnya