TEMPO.CO, Yogyakarta - Kepolisian Resor Kota Yogyakarta menangkap satu terduga pelaku kerusuhan dalam kampanye pemilihan presiden yang pecah pada Selasa, 24 Juni 2014. Selain itu, polisi juga menyita 13 sepeda motor berbagai merek yang diduga dimiliki massa perusuh di Tegalrejo, Kota Yogyakarta.
"Satu orang telah kami tahan, termasuk barang bukti," kata Kepala Kepolisian Resor Kota Yogyakarta Komisaris Besar R. Slamet Santoso, Kamis, 25 Juni 2014. (Baca: Kampanye Pilpres di Yogyakarta Diwarnai Bentrok)
Sepeda motor yang disita akan diidentifikasi untuk mencari tahu pemilik masing-masing kendaraan guna menangkap pelaku lain. Slamet mengatakan pihaknya menggandeng Direktorat Lalu Lintas Kepolisian Daerah Yogyakarta untuk melacak data-data kendaraan dan pemiliknya.
Namun polisi belum bisa memastikan para perusuh tersebut mendukung calon presiden nomor berapa. Sebab, mereka tidak memakai atribut partai politik ataupun calon presiden tertentu.
Dalam kerusuhan di Tegalrejo, tepatnya di depan Hotel Zodiac, tiga mobil mewah dirusak massa, yait Toyota Alphard, Mitsubishi Pajero Sport, dan Nissan X-Trail. Polisi mengidentifikasi barang-barang yang dirusak massa untuk keperluan penyelidikan.
Massa pendukung dua calon presiden terlibat bentrok saat para simpatisan Joko Widodo-Jusuf Kalla berkampanye dengan bungkus kirab budaya di Kota Yogyakarta. Pada saat yang sama, pendukung Prabowo Subianto-Hatta Rajasa mengikuti kampanye yang dibalut pergelaran musik dangdut oleh Rhoma Irama di Bantul.
Saat berpapasan di jalan, kedua kelompok pendukung terlibat gesekan. Massa berdatangan dari kabupaten/kota di Daerah Istimewa Yogyakarta, sehingga sangat mungkin bertemu di jalan. Bentrokan juga dipicu oleh adanya provokasi.
Provokasi-provokasi melalui pesan pendek di telepon seluler dan media sosial sangat efektif untuk menyulut emosi masing-masing kelompok. "Padahal pesan-pesan itu sering tidak benar. Tetapi emosi masing-masing kelompok tersulut," ujarnya.
Slamet menyatakan, berbeda dengan kampanye pemilihan legislatif yang terjadwal, kampanye presiden tidak terjadwal di Komisi Pemilihan Umum, sehingga izin hanya didapat melalui kepolisian.
"Untuk (kerusuhan) di Kotagede masih dalam penyelidikan," katanya.
MUH. SYAIFULLAH
Berita Lain
Di Balik Pemberedelan Tempo
Berseragam Nazi, Dhani Balik Kecam Pengkritik
Facebook Luncurkan Pelacak Pemilu di Indonesa