TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan Suryadharma Ali mengatakan partainya menarik dukungan terhadap Prabowo Subianto sebagai calon presiden pada 2009 lalu lantaran permasalahan teknis. Koalisi PPP dan Partai Gerakan Indonesia Raya yang didirikan Prabowo disebutnya tak memenuhi syarat untuk mengajukan calon presiden. "Tak mencukupi 20 persen kursi atau 25 persen suara," katanya seusai diperiksa KPK, Selasa, 6 Mei 2014.
Menyadari kerja sama politik tersebut tak bakal membuahkan hasil konkret, Suryadharma memutuskan untuk menghentikan pembicaraan koalisi. "Maka koalisi tak bisa dilanjutkan." Lantaran penarikan dukungan tersebut, Prabowo disebut marah dan melempar ponsel ke pengurus PPP. (Baca: Suryadharma Bantah Dilempar Ponsel oleh Prabowo).
Tahun ini Suryadharma menjadi motor dukungan PPP terhadap Prabowo. Dia hadir dalam kampanye Gerindra di Stadion Gelora Bung Karno menjelang pemilihan legislatif lalu. Mengenakan jaket hijau PPP, Suryadharma memuji kepemimpinan yang memperhatikan rakyat di depan massa Gerindra.
Rencana koalisi PPP dan Gerindra tahun ini kembali menemui hambatan setelah elite Partai Ka'bah memecat Suryadharma melalui rapat pimpinan nasional yang digelar 20 April lalu di kantor pusat PPP. Pencopotan tersebut dibatalkan melalui fatwa Ketua Majelis Syariah PPP Kiai Maimun Zubair. Namun, fatwa juga mencabut dukungan terhadap Prabowo.
Gerindra sendiri diperkirakan membutuhkan koalisi gemuk untuk mengusung Prabowo sebagai calon presiden. Hitung cepat yang dilakukan Saiful Mujani Research and Consulting menunjukkan Gerindra memperoleh 12 persen suara. Adapun PPP hanya mendapatkan 6,3 persen. Gabungan suara Gerindra dan PPP dipastikan tak menembus 25 persen, seperti pada 2009 lalu.
MUHAMAD RIZKI
Terpopuler:
Foto Seksi Maria Renata Disorot Media Australia
Jokowi Datang, Kepala Sekolah Renggo Pingsan
Briptu Eka: I Love You, My Hubby
Didakwa Banyak Kasus, Atut Terancam Tua di Bui
Mahasiswa Indonesia di Australia Tolak Prabowo