Caleg Nekat Biayai Kampanye di Atas Rp 5 Miliar

image-gnews
Sejumlah warga  melipat lembar surat suara untuk Pemilu 2014 tingkat DPR - RI, DPD, DPRP dan DPRD di aula Puspenka Hawai, Sentani, Kabupaten Jayapura, Papua (12/3). KPUD Kabupaten Jayapura mempekerjakan ratusan orang untuk melipat surat suara dengan honor Rp 200 per lembar surat suara. ANTARA/Ismawan Nugraha
Sejumlah warga melipat lembar surat suara untuk Pemilu 2014 tingkat DPR - RI, DPD, DPRP dan DPRD di aula Puspenka Hawai, Sentani, Kabupaten Jayapura, Papua (12/3). KPUD Kabupaten Jayapura mempekerjakan ratusan orang untuk melipat surat suara dengan honor Rp 200 per lembar surat suara. ANTARA/Ismawan Nugraha
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Para calon anggota DPR idealnya mengeluarkan Rp 787 juta hingga Rp 1,18 miliar untuk biaya kampanye pemilihan umum legislatif 2014.  Angka ini didapat dari kajian Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Universitas Indonesia yang disampaikan dalam seminar bertajuk "Menjadi Wakil Rakyat: Investasi dan Relasi Calon Legislatif" yang diselenggarakan Policy Research Network di Jakarta, Rabu, 19 Maret 2014. (Baca: Biaya Caleg Rp 700 Juta sampai Rp 1,1 Miliar)

"Meski tak menjamin keterpilihan, caleg yang punya anggaran kurang dari itu sulit menjadi anggota Dewan," kata peneliti dari LPEM UI, Teguh Dartanto. Sedangkan jika biaya yang dikeluarkan calon legislator Rp 1,18-4,6 miliar, Teguh masih menganggapnya wajar, meski itu berarti pendapatan sewaktu menjadi anggota Dewan berbeda tipis dengan pengeluaran ini. Para calon inkumben (yang kini jadi anggota Dewan) berani mengeluarkan biaya Rp 4,6 miliar karena lebih dikenal masyarakat dan yakin akan terpilih kembali.

Bagaimana dengan caleg yang berani mengeluarkan dana di atas Rp 4,6 miliar ? Mereka, kata, Teguh masuk kategori tak wajar atau tak rasional. Sebab, anggaran ini lebih besar daripada gaji keseluruhan anggota Dewan selama lima tahun. Menurut data Sekretariat Jenderal DPR, total pendapatan yang diterima anggota Dewan dalam satu periode mencapai Rp 5,4 miliar. "Potensi melakukan korupsi calon nekat ini besar karena uang yang dikeluarkan lebih besar ketimbang harapan pendapatan yang diterima," kata Teguh.

Pemilihan calon legislator akan dilaksanakan pada 9 April 2014. Pemilu melibatkan 6.708 calon legislator DPR, 23.287 calon legislator DPRD provinsi, 200.874 calon legislator kabupaten/kota, dan 929 calon legislator Dewan Perwakilan Daerah. Dana kampanye ideal yang dikeluarkan calon anggota DPRD tingkat provinsi yakni Rp 320-481 juta. (Baca: Uang Berputar Saat Pemilu Rp 115,3 Triliun)

Menurut Teguh, anggaran terbesar calon legislator guna memenangi pemilihan umum dialokasikan untuk kertas dan iklan cetak. Pengeluaran untuk kertas dan iklan cetak mencapai 17 persen. "Untuk  tekstil mencapai 14 persen," katanya.

Teguh memaparkan, pengeluaran lain seperti untuk komunikasi dan transportasi mencapai 12 persen, jasa pengerahan massa 12 persen, dan iklan di media massa 12 persen. Sedangkan sisanya dialokasikan untuk saksi, tim pemenangan, konsumsi, dan sebagainya. Data alokasi ini diambil dari input-output laporan partai politik pada Pemilihan Umum 2009.

Iklan
image-banner
Scroll Untuk Melanjutkan

UWD | SUNDARI

Terpopuler:

Media Malaysia Sebut RI Bantu AS Sembunyikan MH370
Wartawan Prancis Bikin Menhan Malaysia Melongo
Komandan Polisi Tewas Ditembak di Mapolda Metro  

Iklan


Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Angka Keramat Nawacita

28 April 2015

Angka Keramat Nawacita

Pemilihan Presiden Juli 2014 lalu menjadi etos baru bagi rakyat untuk menentukan calon pemimpinnya. Bagi saya dan sebagian pemilih Jokowi, yang untuk pertama kalinya memilih dalam pemilihan, karena sebelumnya golongan putih, ada motif yang menggerakkan kami. Salah satu motif itu adalah janji kampanye Jokowi yang bertitel Nawacita.


Pemilu 2014 Berlalu, Ini Daftar Pelanggarannya  

17 Desember 2014

Presiden dan Wakil Presiden terpilih Joko Widodo dan Jusuf Kalla mengacungkan tiga jari saat konferensi pers di rumah dinas Gubernur, Jakarta (21/8). Dalam Konferensi pers Jokowi mengapresiasi keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang menolak semua gugatan atas sidang sengketa perselisihan hasil pemilu presiden. Tempo/Aditia Noviansyah
Pemilu 2014 Berlalu, Ini Daftar Pelanggarannya  

Kemitraan menemukan suap dalam pemungutan suara.


Obor Rakyat, Polisi Tunggu Keterangan Jokowi

5 Agustus 2014

Pemimpin Redaksi Tabloid Obor Rakyat, Setiyardi Budiono (kanan) didampingi Pengacaranya, Hinca Panjaitan (kiri) tiba memenuhi panggilan pemeriksaan di Gedung Bareskrim Mabes Polri, Jakarta Selatan, Senin 23 Juni 2014. Setelah mangkir pada pemeriksaan perdana, hari ini Setiyardi hadir untuk menjalani pemeriksaan sebagai saksi. TEMPO/Dhemas Reviyanto
Obor Rakyat, Polisi Tunggu Keterangan Jokowi

Keterangan Jokowi diperlukan agar kasus pengaduan tabloid Obor Rakyat dapat diproses lebih lanjut


Ahok Soal Pilpres: Jangan Golput, Nanti Menyesal

9 Juli 2014

Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok menyatakan mendukung Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo maju sebagai capres 2014 kepada wartawan di Balaikota, Jakarta Pusat, Jakarta (14/3). Dalam keterangannya Ahok menyatakan siap menggantikan posisi Gubernur dan mendukung pencalonan Jokowi sebagai presiden dari partai PDI-P. ANTARA/Muhammad Adimaja
Ahok Soal Pilpres: Jangan Golput, Nanti Menyesal

Dengan memilih, Ahok berujar, kemungkinan warga merasakan penyesalan jauh lebih kecil ketimbang mengabaikan haknya.


Ribuan DPT Ganda Dicoret di Kota Bekasi  

8 Juli 2014

Ribuan DPT Ganda Dicoret di Kota Bekasi  

Setiap kelurahan terdapat sekitar 100 DPT ganda.


Netizen Dukung Jokowi-Kalla di Semua Segmen Debat  

6 Juli 2014

Calon presiden nomor urut dua Joko Widodo mengacungkan jari membentuk simbol
Netizen Dukung Jokowi-Kalla di Semua Segmen Debat  

Secara keseluruhan, Jokowi-Kalla dipercakapkan hingga 64.297 kali, jauh mengungguli Prabowo-Hatta.


Hatta Tanya Kalpataru, JK: Keliru, Itu Adipura  

5 Juli 2014

Hatta Rajasa. TEMPO/Aditia Noviansyah
Hatta Tanya Kalpataru, JK: Keliru, Itu Adipura  

Hatta hanya tersenyum pahit dan enggan melanjutkan pertanyaan.


Pendukung Jokowi Bagikan Obor Rahmatan Lil Alamin  

5 Juli 2014

Tabloid Obor Pro Jokowi Beredar di Garut
Pendukung Jokowi Bagikan Obor Rahmatan Lil Alamin  

Selain tabloid, mereka juga membagikan jadwal puasa Ramadan dan pin bergambar Jokowi-JK.


Tabloid Sapujagat Serang Jokowi Lewat Isu Komunis  

5 Juli 2014

Capres, Joko Widodo menyampaikan orasinya pada kampanye terbuka bersama Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) di lapang Tegalega, Bandung, Jawa Barat. 3 Juli 2014. TEMPO/Aditya Herlambang Putra
Tabloid Sapujagat Serang Jokowi Lewat Isu Komunis  

Sapujagat sebenarnya bukan media baru. Tabloid 16 halaman yang berkantor di Jalan Makam Peneleh Nomor 39, Surabaya, itu sudah muncul sejak awal 2000.


Kampanye Hitam Juga Serang Kampung Deret

5 Juli 2014

Anak anak kecil bersalaman dengan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo usai meresmikan kampung deret di Petogogan, Jakarta Selatan (3/4). Sebanyak  123 unit rumah warga yang direhab di RW 03 dan 05, kini siap di huni dengan berbagai fasilitas seperti taman dan wifi gratis. TEMPO/Dasril Roszandi
Kampanye Hitam Juga Serang Kampung Deret

Dukungan warga terbelah diantara dua calon presiden di sejumlah sudut Jakarta.