Salah seorang WNI yang ditemui Lolly di tempat itu adalah Ambo Daeng Mannappi. Laki-laki berusia 57 tahun itu sejak 2007 bekerja di kebun sawit di wilayah Malaysia dan tinggal di kompleks perkebunan. Dia mengaku senang mendapat kunjungan Bawaslu RI karena, menurut dia, itu artinya ada perhatian dari pusat terhadap mereka yang tinggal di tapal batas negara.
“Ada rasa senang dari kami, karena artinya dari Bawaslu memperhatikan kami, orang-orang yang di perbatasan ini. Insyaallah lancar-lancar semua,” kata Ambo.
Ambo, yang merupakan keturunan Bugis-Palu, tinggal di rumah itu bersama istri dan satu orang anak. Terlepas dari rumahnya yang ada di wilayah Malaysia, dia mengaku hak pilihnya sebagai WNI tak hilang, karena dia dapat menggunakan hak pilihnya itu saat pemilu dan pilkada, termasuk saat Pemilu 2024. “Saya biasanya ikut TPS dekat sini,” kata Ambo.
Di Sebatik Tengah, jumlah pemilih mencapai 8.000 orang dari total jumlah penduduk 15 ribu orang. Adapun untuk warga yang tinggal di sekitar Patok Perbatasan RI-Malaysia PB-02 di Desa Aji Kuning, Sebatik Tengah, para pemilihnya bakal terbagi di dua TPS. Jika mengacu pada peraturan KPU, jumlah pemilih pada satu TPS paling banyak 800 orang.
Lolly mengecek langsung coklit data pemilih langsung ke rumah-rumah warga di perbatasan Indonesia-Malaysia di Sebatik Tengah. Dalam sela-sela pengecekan ke rumah warga di Desa Aji Kuning, Sebatik Tengah, Lolly menjelaskan kegiatan itu bertujuan memastikan coklit berjalan sesuai dengan prosedur dan tidak ada kendala dalam pelaksanaan tahapan Pilkada 2024 di perbatasan.
“Hari ini kami langsung mengunjungi salah satu rumah yang memang dia ada di area perbatasan untuk mengecek. Alhamdulillah, sudah ada stiker coklit-nya. Artinya, informasi soal pilkada (pemilihan kepala daerah) sudah sampai ke warga negara kita yang ada di perbatasan,” kata Lolly.
Pilihan editor: Soal Dugaan Pencatutan NIK di Pilgub Jakarta, Bawaslu Diminta Lakukan Ini