Politisasi SARA Berpotensi Menghambat Pemilu

Rabu, 8 Agustus 2018 09:42 WIB

Ilustrasi Pemilu. ANTARA/Wahyu Putro

TEMPO.CO, Jakarta - Penyebaran isu tentang suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA) menjadi masalah yang berpotensi menghambat Pemilihan Umum (Pemilu) 2019. Kepala Pusat Penelitian Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Firman Noor menuturkan, isu SARA dan politik identitas bisa menghambat konsolidasi demokrasi. “Intoleransi masyarakat, radikalisme, dan lainnya juga bisa menghambat,” kata Firman, Selasa, 7 Agustus 2018.

Baca: KPU Akan Kurangi Jumlah Pemilih di TPS Menjadi 300 Orang

Berdasarkan survei yang dilakukan LIPI, kondisi toleransi di masyarakat saat ini mencemaskan. Sebanyak 62,8 persen responden menyatakan toleransi masyarakat pada hari-hari ini buruk atau sangat buruk. Penyebabnya adalah banyaknya politisasi SARA, stigmatisasi, diskriminasi terhadap kelompok minoritas, serta konflik sosial lainnya.

Firman menyebutkan buruknya toleransi masyarakat menyebabkan tindakan persekusi makin marak. Apalagi penyebaran berita hoaks, ujaran kebencian, dan ketidakpercayaan di antara kelompok suku, agama, ataupun ras juga tinggi. Parahnya, isu-isu sensitif ini dikapitalisasi elite politik sehingga menjadi besar. Menurut peneliti LIPI, Syarif Hidayat, isu SARA yang kerap muncul tidak terjadi di tingkat akar rumput. “Seperti yang terjadi pada pilkada DKI, yang memanipulasi adalah elite politik,” tuturnya.

Baca: KPU: Verifikasi Bakal Caleg Peserta Pemilu 2019 Sudah 80 Persen

Satu-satunya cara mengatasi berkembangnya isu SARA, menurut Syarif, adalah mengendalikan perilaku politikus. Ia pun mengajak seluruh masyarakat ikut mengimbau elite politik agar tidak memanfaatkan isu SARA demi kepentingan politik jangka pendek. Sebab, politisasi SARA bisa menimbulkan dampak besar dan konflik horizontal.

Survei yang dilakukan selama kurun April-Juli 2018 ini melibatkan 145 ahli berlatar politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan. Penelitian di 11 provinsi ini menggunakan metode non-probability sampling dengan menerapkan teknik purposive sampling. Dengan metode ini, sampel sumber data dipilih berdasarkan pertimbangan atau kriteria tertentu. Kegiatan survei bertujuan memetakan kondisi politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan menjelang Pemilu 2019.

Baca: Capres Inkumben Jokowi Daftar Pilpres ke KPU Jumat Mendatang

Advertising
Advertising

Sekretaris Jenderal Partai Persatuan Pembangunan Arsul Sani mengatakan ada sejumlah tokoh politik yang kerap mengembangkan isu SARA untuk menjatuhkan lawan politiknya. Namun, menurut dia, jumlahnya tak seberapa. Persoalannya, tokoh tersebut adalah tokoh berpengaruh. “Isu SARA akhirnya menggelinding di kalangan rakyat dan membesar,” tuturnya.

Meski begitu, menurut Arsul, isu SARA sebenarnya bukan sesuatu hal yang tercela. SARA tidak dibenarkan ketika ada tindakan ujaran kebencian dan persekusi di belakangnya. Sebagai partai Islam, PPP pun mendukung politik identitas. Namun, ia mengimbuhkan, politik identitas yang dibawa harus sehat dan sesuai dengan koridor Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Baca juga: Yusuf Supendi Wafat, Begini Aturan KPU Soal Caleg yang Meninggal

Dia mencontohkan seruan tokoh agama untuk memilih pemimpin yang beragama Islam dalam Pemilu. Seruan ini tidak bermasalah selama orang yang mengikuti ajakan itu tidak mencela orang lain yang punya pendapat berbeda. “Ekspresi keyakinan boleh saja. Tapi kalau ada orang yang enggak mau mengikuti, ya, jangan dikafir-kafirkan,” ucap Arsul.

MUHAMMAD ISA

Berita terkait

Sri Mulyani: Anggaran Pemilu 2024 Belum Terbelanjakan Rp 12 Triliun

3 hari lalu

Sri Mulyani: Anggaran Pemilu 2024 Belum Terbelanjakan Rp 12 Triliun

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan masih ada Rp 12,3 triliun anggaran Pemilu 2024 yang belum terbelanjakan.

Baca Selengkapnya

Junimart Minta Seleksi Petugas Badan Adhoc Pilkada Dilakukan Terbuka

3 hari lalu

Junimart Minta Seleksi Petugas Badan Adhoc Pilkada Dilakukan Terbuka

Wakil Ketua Komisi II DPR RI, Junimart Girsang mengatakan, badan Adhoc Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada), harus diseleksi lebih ketat dan terbuka untuk menghindari politik transaksional.

Baca Selengkapnya

Pakar Hukum Unand Beri Catatan Putusan MK, Termasuk Dissenting Opinion 3 Hakim Konstitusi

3 hari lalu

Pakar Hukum Unand Beri Catatan Putusan MK, Termasuk Dissenting Opinion 3 Hakim Konstitusi

Pakar Hukum Universitas Andalas atau Unand memberikan tanggapan soal putusan MK dan dissenting opinion.

Baca Selengkapnya

Tim Joe Biden akan Terus Gunakan TikTok untuk Kampanye Walau Dilarang DPR

3 hari lalu

Tim Joe Biden akan Terus Gunakan TikTok untuk Kampanye Walau Dilarang DPR

Tim kampanye Joe Biden berkata mereka tidak akan berhenti menggunakan TikTok, meski DPR AS baru mengesahkan RUU yang mungkin melarang penggunaan media sosial itu.

Baca Selengkapnya

Galih Loss Minta Maaf Usai Buat Video Penistaan Agama di TikTok

4 hari lalu

Galih Loss Minta Maaf Usai Buat Video Penistaan Agama di TikTok

Galih Loss Minta maaf dan mengakui video TikTok yang diunggah menistakan agama Islam.

Baca Selengkapnya

Pemilu Rawan Politik Uang Kaesang Usulkan Sistem Pemilu Proporsional Tertutup, Ini Bedanya dengan Proporsional Terbuka

8 hari lalu

Pemilu Rawan Politik Uang Kaesang Usulkan Sistem Pemilu Proporsional Tertutup, Ini Bedanya dengan Proporsional Terbuka

Ketua Umum PSI yang juga putra Jokowi, Kaesang Pangarep usulkan pemilu selanjutnya dengan sistem proporsional tertutup karena marak politik uang.

Baca Selengkapnya

Menkominfo Ungkap Kesan Pertemuan Tim Cook Apple dan Prabowo

10 hari lalu

Menkominfo Ungkap Kesan Pertemuan Tim Cook Apple dan Prabowo

Budi Arie Setiadi mengatakan Tim Cook mengapresiasi hasil pemilu presiden Indonesia atas terpilihnya Prabowo.

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Pelaksanaan Pemilu 2019, Pertama Kalinya Pilpres dan Pileg Serentak

11 hari lalu

Kilas Balik Pelaksanaan Pemilu 2019, Pertama Kalinya Pilpres dan Pileg Serentak

Hari ini, 17 April 2019 atau Pemilu 2019 pertama kali Pemilihan Presiden (Pilpres) dan Pemilihan Legislatif (Pileg) dilakukan secara serentak.

Baca Selengkapnya

Aksi Mogok Dokter, Skandal Tas Dior hingga Daun Bawang: Riuh Pemilu Legislatif Korea Selatan

18 hari lalu

Aksi Mogok Dokter, Skandal Tas Dior hingga Daun Bawang: Riuh Pemilu Legislatif Korea Selatan

Sekitar 44 juta warga Korea Selatan akan memberikan suaranya dalam pemilu yang akan menentukan sisa masa kepemimpinan Presiden Yoon Suk yeol.

Baca Selengkapnya

Presiden Cina Xi Jinping: Tak Ada yang Bisa Hentikan Reuni Keluarga dengan Taiwan

18 hari lalu

Presiden Cina Xi Jinping: Tak Ada yang Bisa Hentikan Reuni Keluarga dengan Taiwan

Presiden Cina Xi Jinping mengatakan kepada mantan presiden Taiwan Ma Ying-jeou bahwa tidak ada yang dapat menghentikan reuni kedua sisi Selat Taiwan

Baca Selengkapnya