TEMPO.CO, Surabaya – Warga Sampang penganut Islam Syiah yang mengungsi di Sidoarjo, Jawa Timur, tak tahu apakah bakal mencoblos pada pemilihan umum kali ini. Hingga menjelang hari pencoblosan, mereka belum juga mendapatkan undangan mencoblos. Banyak di antara mereka juga tak mengenal calon-calon yang ikut bertanding dalam pemilu kali ini.
Salah satu pengungsi, Anwar, 38 tahun mengatakan mereka tak tahu akan mencoblos siapa. Sebab, tak ada calon legislatif yang pernah datang memperkenalkan diri ke kompleks rumah susun Puspa Agro di Jemundo, tempat mereka kini tinggal setelah diusir dari Sampang. “Kami tidak tahu apa-apa kalau ada pemilu,” katanya kepada Tempo pekan lalu.
Na'imah, 50 tahun, tidak pernah pusing dengan pemilihan. Ia dan sesama warga Syiah lainnya juga tidak pernah mengharapkan apa-apa, baik dari kampanye maupun dari hajatan pemilu. Menurut dia, siapa pun wakil rakyat maupun presiden yang terpilih, dia hanya berharap presiden itu membela rakyat sehingga tidak ada korban seperti golongannya.
Ia mengaku akan nyoblos jika disuruh. “Kalau tidak ya berarti tidak usah,” katanya. Ada 60 sampai 70 kepala keluarga atau total 200 warga yang mengungsi di Jemundo. Sebanyak 165 orang memiliki hak pilih.
Saat pemilihan gubernur tahun lalu, warga dihubungi tiga hari menjelang pencoblosan. Saat itu pengurus warga Syiah bekerja sama dengan BPBD menyediakan alat transportasi berupa odong-odong untuk mengantar jemput warga dari kompleks rumah susun ke tempat pemilihan suara. “Kami biasanya diantar jemput odong-odong kalau disuruh milih,” kata Na'imah.
Layaknya warga yang lain, Na’imah berharap pemimpin yang terpilih nanti membuat kebijakan untuk memulangkan warga Syiah ke kampung halamannya di Sampang Madura. “Semoga presiden yang akan datang dan wakil rakyat yang akan datang mampu memulangkan kami ke Sampang,” kata dia.
Komisioner Komisi Pemilihan Umum Jawa Timur Dewita Hayu Shinta mengatakan semua pengungsi Syiah telah terdaftar DPT untuk Pemilu 2014. Jadi, jika sudah masuk DPT, mereka dapat menuju TPS di mana mereka terdaftar dan secara langsung menggunakan hak pilihnya. Sisin, panggilan akrab dari Dewita Hayu, juga mengharapkan mereka akan mendatangi TPS untuk memilih. "Yang penting sekarang adalah proses sosialisasi dimana TPS tempat mereka dapat memilih dan saya rasa sedang terus dilakukan," kata Sisin.
MUHAMMAD SYARRAFAH
Terpopuler:
Bersaksi untuk Andi Mallarangeng, Adhyaksa Kesal
Tunjangan Guru PNS Rp 6 Triliun Cair 9 April 2014
Maksud Prabowo Sebut Pemimpin Jakarta Penipu