Seorang petugas menggunakan telepon genggam dalam persiapan acara Deklarasi Kampanye Pemilu berintegritas dan pawai/ karnaval kendaraan hias parpol di lapangan Monumen Nasional (15/3). Deklarasi ini merupakan deklarasi pemilu damai yang diadakan serentak di seluruh wilayah Indonesia. Tempo/Aditia Noviansyah
TEMPO.CO, Belitung - Forum Perdukunan Adat Belitung menyatakan penolakannya membantu para calon anggota legislatif (caleg) yang maju pada Pemilihan Umum 2014. Penolakan itu untuk memberi kesempatan kepada masyarakat agar bisa memilih sendiri wakil rakyat yang dianggap berkualitas.
Ketua Forum Perdukunan Adat Belitung Mukhti Maarif mengakui banyak caleg yang menemui dukun-dukun yang bernaung di Forum Perdukunan Adat Belitung. "Tapi kami menolak membantu karena belum tentu caleg yang kami bantu sesuai harapan masyarakat. Kami serahkan kepada masyarakat untuk memilih calon yang tepat," ujar Mukhti kepada Tempo, Ahad, 30 Maret 2014. (Baca juga: Mau Disumpah Pocong, Para Caleg Ini Kabur)
Menurut Mukhti, menjelang pelaksanaan Pemilu 2014 pada 9 April 2014, caleg-caleg berusaha menggoda para dukun dengan iming-iming sejumlah uang untuk melaksanakan ritual khusus agar mereka bisa duduk di kursi DPRD, DPR, dan DPD. (Baca juga:Bosan Dipingpong, Pedagang Ayam Jadi Caleg)
"Saya sampaikan langsung kepada mereka untuk berbuat sesuai aturan guna menarik simpati masyarakat. Bukannya datang ke dukun," ujarnya. Ia juga mengimbau masyarakat agar memilih caleg yang sudah terbukti kinerja, kapasitas dan kualitasnya. Sebab, menurut dia, para caleg seharusnya membantu masyarakat dahulu sebelum mencalonkan diri.
Namun kenyataannya, dia melanjutkan, banyak orang yang belum berbuat apa-apa tapi sudah maju menjadi caleg. "Lewat jalan pintas pula dengan datang ke dukun. Itu salah. Dan kami sepakat tidak akan bantu," katanya. Ia tak ingin masyarakat susah kalau caleg yang dibantu dan terpilih ternyata tidak bekerja dengan benar.
Pemilihan Presiden Juli 2014 lalu menjadi etos baru bagi rakyat untuk menentukan calon pemimpinnya. Bagi saya dan sebagian pemilih Jokowi, yang untuk pertama kalinya memilih dalam pemilihan, karena sebelumnya golongan putih, ada motif yang menggerakkan kami. Salah satu motif itu adalah janji kampanye Jokowi yang bertitel Nawacita.