TEMPO.CO, Jakarta - Calon presiden dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Joko Widodo, menegaskan pemerintah harus menindaklanjuti pernyataan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengenai ancaman fisik terhadap calon presiden tertentu.
"Saya ingin menggarisbawahi soal pernyataan Presiden SBY soal ancaman fisik terhadap capres tertentu. Saya kira itu sebuah pernyataan yang harus ditindaklanjuti dengan langkah yang nyata, khususnya dalam memberikan jaminan keamanan dan keselamatan pada capres," kata Jokowi--sapaan akrab Joko Widodo--saat peluncuran Media Center Pemenangan Jokowi di Menteng, Kamis, 3 April 2014.
Jokowi menilai pernyataan Presiden SBY tersebut memiliki dasar yang kuat sehingga harus ditindaklanjuti. Sebelumnya SBY mengatakan tidak mungkin ancaman keamanan tersebut tidak berdasar dan hanya bertujuan untuk memicu spekulasi. "Saya kira kalau yang menyampaikan itu adalah presiden pasti punya data dan sumber info yang kuat. Oleh sebab itu, perlu ditindaklanjuti dengan langkah nyata," kata Jokowi.
Gubernur DKI Jakarta ini menyatakan sejauh ini belum menerima ancaman fisik seperti yang dilontarkan Presiden SBY. Menurut Jokowi, ancaman yang dilontarkan SBY kali ini berbeda konteks dengan ancaman yang pernah ia terima terdahulu, seperti ban mobil yang disilet ataupun perahu yang hampir meledak dan terbakar. "Sampai saat ini belum ada ancaman yang berkaitan dengan proses pemilu. Selama proses pemilu, semoga tidak ada," kata Jokowi.
Anggota Tim Pemenangan Jokowi, Andi Widjajanto, menyatakan pihaknya sejauh ini belum mendeteksi adanya ancaman bagi Jokowi. Menurut dia, selama kampanye, Jokowi masih leluasa bergerak ke daerah-daerah di seluruh Indonesia. PDIP dan Jokowi meminta penjelasan lebih terbuka mengenai ancaman yang dimaksud SBY. Menurut dia, penjelasan mengenai hal itu akan menjamin keamanan bagi capres-capres yang bertarung dalam pemilu.
"Kami minta penjelasan yang lebih elaboratif soal ancaman seperti apa. Jadi, kami dan capres-capres lain mengetahui bentuk ancamannya. Info dari intelijen, kan, dibahas tertutup. Ketika dibuka ke publik, maka presiden harus melakukan langkah-langkah biar capres aman dan rakyat juga tidak dibuat genting," kata Andi.
ANANDA TERESIA
Berita Terpopuler
Sering Marah-marah, Berapa Tensi Ahok?
Begini Cara Ahli Jerman Cuci Monas
Ahok: Setelah 22 Tahun, Akhirnya Monas Dibersihkan