TEMPO.CO, Jakarta - Sebanyak 57 petugas KPPS Pemilu 2024 meninggal sampai17 Februari 2024, yang terdiri dari 29 anggota KPPS, 10 anggota Perlindungan Masyarakat, 9 saksi, 6 petugas, dua panitia pemungutan suara, serta satu anggota Badan Pengawas Pemilu atau Bawaslu.
Menurut data Kementerian Kesehatan, yang dikutip Tempo pada Senin, 19 Februari 2024, penyakit jantung menjadi penyebab tertinggi kematian para petugas itu, yaitu 13 kejadian. Ada pula kecelakaan yang berjumlah 8 kejadian, gangguan pernapasan akut (ARDS), dan hipertensi masing-masing sebanyak satu kejadian.
Seberapa berat sebenarnya tugas KPPS? Tempo mengikuti kegiatan para petugas ini di TPS 082, Bintara Jaya, Bekasi barat, Kota Bekasi. Ketua KPPS Rafiuddin dan 6 anggotanya, serta 2 petugas Linmas sudah berada di TPS pada 14 Februari 2024 pukul 05.30 pagi untuk merapikan tempat pemungutan suara yang dari Selasa malam sampai Rabu pagi itu diguyur hujan.
Lokasi TPS memanfaatkan ruang serba guna kompleks perumahan LKBN Antara II seluas sekitar 6 x 9 meter, yang tidak berdinding penuh sehingga tampias jika hujan angin.
Di depan bangunan, didirikan tenda untuk tempat pencoblos menunggu giliran. KPU menyediakan anggaran Rp2 juta untuk menyewa tenda dan perlengkapannya per TPS. Tidak seperti kebanyakan TPS lain, petugas KPPS di sini tidak dilibatkan dalam penyiapan lokasi pencoblosan, yang dilakukan oleh pengurus RT, sehingga mereka bisa istirahat pada Selasa malam.
Setelah briefing singkat, para petugas TPS ini sarapan yang disediakan oleh pengurus RT. Tepat jam 07.00, proses pencoblosan dimulai dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya, diikuti sumpah petugas KPPS. Setelah itu, mereka mulai membuka kotak suara disaksikan Pengawas dan enam saksi, serta sejumlah warga.
Pencoblosan dimulai dan berjalan lancar hingga ditutup sekitar pukul 13.00 WIB. Sebanyak 184 dari 221 pemilik suara yang mencoblos. Setelah jeda makan siang, penghitungan dimulai sekitar pukul 14.00 untuk kotak suara calon presiden. Penghitungan berjalan lancar.
Mulai ada masalah, karena jumlah kertas suara tidak sesuai dengan jumlah di daftar hadir. Ketua KPPS Rafiuddin kemudian meneliti daftar absen dan mencocokkan dengan jumlah undangan yang masuk.
Perlu waktu dua jam untuk mencari ketidakcocokan itu, yang ternyata ada kesalahan tulis jumlah di daftar hadir. Penghitungan dilanjutkan menjelang Mahgrib. Setelah jeda ishoma, penghitungan dilanjutkan sekitar pukul 19.00.
Tidak seperti penghitungan surat suara pilpres, untuk pileg perlu waktu lebih lama karena suara dihitung per calon anggota legislatif. Setelah penghitungan, mereka harus mengisi lembar data berisi suara yang masuk, menandatangani dan membuat salinannya untuk para saksi dan pengawas.
Masih ada 3 kotak suara lagi: DPD, DPRD Provinsi dan DPRD Kota, ketika hari berganti menjadi Kamis. Penghitungan akhirnya selesai selewat Subuh. Setelah istirahat sejenak, para petugas KPPS ini membawa lima kotak suara dan semua berkas ke kelurahan sekitar Pukul 07.00.
Mereka praktis bekerja 24 jam penuh, dengan jeda istirahat sekedarnya, dan tanpa tidur. Stamina tinggi sangat dibutuhkan untuk pekerjaan ini. Itu sebabnya, KPU mensyaratkan petugas KPPS berusia maksimal 55 tahun dan harus melewati tes kesehatan.
Selesai? Belum. Hasil dari masing-masing TPS setelah dikumpulkan di Kelurahan, kemudian dibawa ke Kecamatan untuk dihitung. Para petugas KPPS baru dinyatakan selesai pekerjaannya, setelah hasil penghitungan di TPS masing-masing diterima panitia pemilih kecamatan.
Rafiuddin mengaku bersyukur, anggota timnya semua dalam kondisi sehat setelah menjalankan tugas. "Paling masuk angin," katanya.
Salah satu petugas KPPS, Agus Bambang Sumantri, menunjukkan video ucapan terima kasih yang dikirim KPU ke nomor whatsapp-nya, Minggu malam, 18 Februari 2024. "Berarti pekerjaan kami sudah selesai," katanya sambil tersenyum, lega.
Pilihan Editor Perolehan Suara Komeng Tembus 1,7 Juta, Uhuuy