Selamat Jalan Faisal Basri

Jumat, 6 September 2024 19:33 WIB

Iklan
image-banner

Faisal Basri, meninggal dunia pada Kamis dini hari di Rumah Sakit Mayapada Kuningan Jakarta.

Ekonom senior dan pendiri Institute for Development of Economics & Finance (Indef), Faisal Basri, meninggal dunia pada Kamis dini hari di Rumah Sakit Mayapada Kuningan Jakarta. Faisal Basri dikenal sebagai pengamat yang kritis terhadap berbagai kebijakan pemerintah yang dibuat oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Profil singkat:

Nama: Faisal Basri

Tempat, Tanggal Lahir: Bandung, 6 November 1959

Pendidikan:

  • S1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Indonesia
  • S2 Master of Arts Bidang Ekonomi, Vanderbilt University, Amerika Serikat

Karir: 

  • 1985 - 1987 - Anggota Tim Perkembangan Perekonomian Dunia pada Asisten II Menteri Koordinator Bidang EKUIN
  • 1995 - 1998 - Ketua Jurusan ESP (Ekonomi dan Studi Pembangunan) FEB UI
  • 1999 - 2003 - Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Perbanas Jakarta
  • 2000 - Anggota Tim Asistensi Ekuin Presiden RI
  • 1988 - sekarang - Pengajar Fakultas Ekonomi dan Bisnis di Universitas Indonesia

Beberapa Kritik Faisal Basri

Faisal Basri seringkali mengkritik kebijakan ekonomi Presiden Jokowi. Berikut beberapa contoh kritiknya:

  • Kritik Kenaikan Pajak jadi 12 Persen

Dalam diskusi Indef bertajuk Kemerdekaan dan Moral Politik Pemimpin Bangsa, Faisal Basri mengkritik rencana pemerintah menaikkan tarif pajak pertambahan nilai (PPN) dari 11 persen menjadi 12 persen per 1 Januari 2025. 

Menurut dia, kebijakan itu hanya akan merugikan rakyat kecil. Alih-alih menaikkan PPN, kata Faisal Basri, pemerintah seharusnya menerapkan pajak ekspor batu bara untuk meningkatkan pendapatan negara.

  • Kritik Kebijakan Ekspor Benih Lobster

Di bidang perikanan dan kelautan, Faisal Basri pernah mengkritisi kebijakan ekspor benih lobster. Faisal Basri memperkirakan, mafia bakal bermunculan untuk meraup keuntungan besar. Sebab, harga beli benih lobster saat ini telah mencapai 5.000 yen per ekor.

Adapun terhadap lingkungan, ekspor benih lobster dikhawatirkan bakal menimbulkan eksploitasi besar-besaran. “Telur-telur lobster itu rusak. Dia nggak peduli laut kita rusak lagi,” ucap Faisal Basri

  • Kritik banyak investor tapi tidak efektif

Pada kesempatan berbeda, Faisal Basri menyebutkan jika minat investasi Jepang di Indonesia semakin menurun. Faisal Basri mengungkapkan, salah satu alasan Jepang lebih tertarik berinvestasi di Vietnam dibanding Indonesia adalah hasil investasi di Indonesia tidak sebanyak di Vietnam. 

Faisal Basri juga menilai jika Indonesia terlalu banyak menampung investor, namun industri yang berkembang sedikit. “Jadi apa sih masalah kita? Investasinya banyak hasilnya sedikit. Investasinya boros, makanya investor enggak ada yang mau datang bikin produk pasar ekspor,” ujar dia.

Dikenang oleh Goenawan Mohamad

Pendiri Majalah Tempo, Goenawan Mohamad, mengenang sosok ekonom senior itu sebagai sosok yang tak lelah mengkritik berbagai kebijakan setelah reformasi 1998. GM juga mengenang beberapa tahun yang lalu ia bersama Sandra Hamid, Joko Santoso, dan Faisal Basri turut terlibat mendorong lahirnya Partai Amanat Nasional atau PAN.

“Saya lihat tubuhnya tambah kurus akhir-akhir ini, sementara suaranya makin lantang, makin marah. Suara yang tak pernah culas,” kata GM sapaan Goenawan Mohamad, melalui pesan di aplikasi perpesanan, pada Kamis, 5 September 2024.

KRISNA PRADIPTA | SUMBER DIOLAH TEMPO