TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat politik Ikrar Nusa Bhakti yakin elektabilitas Prabowo Subianto-Hatta Rajasa akan melorot menyusul munculnya video kampanye Ahmad Dhani yang memakai seragam Nazi dan pembocoran isi wawancara Allan Nairn dengan Prabowo oleh sang jurnalis sendiri. "Hal ini akan menggerus suara Prabowo, terutama di segmen kelas menengah," ujar Ikrar saat dihubungi Tempo, Ahad 29 Juni 2014.
Menurut Ikrar, pemilih Prabowo-Hatta mayoritas berada di kalangan menengah yang merupakan kaum intelektual. Ia menganggap kalimat Prabowo dalam wawancara oleh Allan Nairn merupakan fakta tak terbantahkan mengenai sosok Prabowo yang sesungguhnya. "Sebagai kaum intelektual yang berpikiran terbuka, pasti akan terguncang mengetahui pemikiran capres dari Partai Gerindra tersebut," ujar Ikrar. Ia yakin kaum intelektual di segmen kelas menengah bukan tipe pemilih fanatik dan dapat mengedepankan rasionalitas.
Ikrar juga menilai suara Prabowo di kalangan nahdliyin akan tergerus lantaran Ketua Dewan Pembina Gerindra itu menghina sosok Abdurrahman Wahid, yang akrab dipanggil Gus Dur. Bagi kalangan nahdliyin, Gus Dur merupakan sosok panutan. Ia juga menilai pernyataan Prabowo mengenai Gus Dur yang diungkap oleh Allan Nairn akan mempengaruhi masyarakat Indonesia yang memperjuangkan nilai-nilai pluralisme dan toleransi. Ikrar menganggap Prabowo terlalu berani memberikan pernyataan negatif kepada sosok Gus Dur yang telah dianggap sebagai Bapak Bangsa.
Ikrar menganggap tindakan Allan Nairn patut diacungi jempol. "Dengan keberanian Allan Nairn, semoga bisa membuka mata hati masyarakat Indonesia yang akan mencari pemimpin," ujar Ikrar. Bantahan-bantahan dari kubu Prabowo, kata Ikrar, justru menjadi bumerang bagi Prabowo. Ia menilai masyarakat akan semakin mantap memilih Joko Widodo-Jusuf Kalla manakala kubu Prabowo memberikan sanggahan yang tidak berkualitas.
Kedua peristiwa yang datang bergantian ini, kata Ikrar, juga efektif dalam memancing suara dukungan bagi Jokowi-JK. "Mereka yang ragu-ragu untuk memilih Jokowi akan semakin mantap dengan pilihannya, sementara mereka yang masih mengamati dan belum memilih akan segera memutuskan untuk memilih Jokowi," ujar Ikrar.
Masyarakat, kata Ikrar, masih mengalami trauma terhadap pemerintahan yang otoriter. Karena itu, ia yakin masyarakat tidak akan mau memilih calon presiden yang terbukti memiliki pemikiran sebagai diktator.
DINI PRAMITA
Berita lain:
Politikus Demokrat Diteror dengan Air Keras
Memerkosa Enam Remaja, Tante May Divonis 12 Tahun
Samsung Galaxy S5, Ponsel yang Mengerti Kesehatan
Transformers Age of Extinction: Megah dan Dangkal
Anggota TNI Akui Bakar Juru Parkir Monas
Piala Dunia Brasil 2014 Dalam Angka di Twitter