Pemimpin Redaksi Tabloid Obor Rakyat, Setiyardi Budiono (tengah) didampingi Pengacaranya, Hinca Panjaitan (kiri) berada diruang tunggu sebelum menjalani pemeriksaan di Gedung Bareskrim Mabes Polri, Jakarta Selatan Senin, 23 Juni 2014. TEMPO/Dhemas Reviyanto
TEMPO.CO, Jakarta - Penggagas tabloid Obor Rakyat, Setiyardi Boediono, diperiksa penyidik Markas Besar Kepolisian RI selama enam jam. Dia mengaku kesulitan menjawab pertanyaan dari penyidik Mabes Polri.
"Lebih sulit dari soal UMPTN (Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri)," ujarnya seusai diperiksa di Mabes Polri, Senin, 23 Juni 2014. Setiyardi diperiksa sejak pukul 10.00 WIB.
Setiyardi mengatakan dirinya diperiksa sebagai saksi. Berbagai pertanyaan penyidik, ujar dia, mengarah pada alasan penerbitan Obor Rakyat.
Menurut Setiyardi, jawaban yang diberikannya kepada penyidik sama dengan yang disampaikan ke media selama ini. Penerbitan Obor Rakyat, kata dia, untuk mengkritisi calon presiden Joko Widodo.
Dia mengklaim semua pemberitaan di Obor Rakyat berdasarkan fakta. Kepada penyidik, Setiyardi mengaku menyodorkan sejumlah data yang mendukung tulisannya. (Baca: Modal Diragukan, Bos Obor Rakyat Tersinggung)
Setiyardi menyebutkan dalam waktu dekat akan segera meluncurkan tabloid Obor Rakyat. Termasuk menyiapkan berbagai syarat untuk pendirian sebuah tabloid. "Secepatnya akan kami launching. Tunggu saja," ujarnya. (Baca: Bos Obor Rakyat Tak Tegang Penuhi Panggilan Polisi)
Setiyardi, Sabtu dua pekan lalu, mengaku mencetak 100 ribu eksemplar per edisi. Setiap eksemplar, dia mengungkapkan, dicetak seharga Rp 1.000. Setiyardi mengatakan penerbitan Obor Rakyat tak memakan biaya banyak lantaran jumlah halamannya tak banyak.