Warga kampung Tanjungsari, Pedurungan, Semarang memasang spanduk bertuliskan sindiran untuk partai politik yang melakukan serangan fajar jelang Pemilu (7/4). Warga menolak berbagai bentuk pemberian jelang Pemilu. TEMPO/Budi Purwanto
TEMPO.CO, Yogyakarta - Gencarnya bagi-bagi uang oleh para calon legislator sehari menjelang pemilihan umum justru membuat sebagian warga khawatir. Seperti halnya yang terjadi di sebuah desa di Kecamatan Kasihan, Bantul, yang berbatasan dengan Kota Yogyakarta Selasa 8 April 2014.
Seorang warga Kasihan, sebut saja Surip, 40 tahun, dari sore hingga isya didatangi tiga orang kurir calon legislatif dari tiga partai berbeda. Besaran uang yang diberikan berbeda-beda, Rp 20-40 ribu.
Saat hendak memberikan uang, si kurir menanyakan kesedian warga terlebih dulu. "Gelem ora? (Mau tidak?)," Surip menceritakan kejadian itu kepada Tempo, Selasa malam, 8 April 2014.
Jika warga bersedia menerima uang itu, kata dia, namanya dicatat dan diberi petunjuk singkat simulasi pencoblosan oleh si kurir untuk mengarahkan caleg dari partai yang ingin dimenangkan.
Meski bagi-bagi uang itu bisa menambah rezeki, Surip mengaku tak menerima satu pun pemberian para kurir. "Saya malah takut," kata dia. "Takut kalau nanti yang dijagokan ternyata kalah, warga yang jadi sasaran kemarahan."
Terlalu banyak caleg yang berambisi menang dengan cara bagi-bagi uang, membuat ayah dua anak itu justru tertarik memilih calon yang tak memberikan uang sama sekali. "Pilih yang aman-aman saja daripada ribut nanti," kata dia.
Hakim MK Saldi Isra Cecar Bawaslu Soal Tanda Tangan Pemilih di Bangkalan yang Mirip
4 jam lalu
Hakim MK Saldi Isra Cecar Bawaslu Soal Tanda Tangan Pemilih di Bangkalan yang Mirip
Hakim MK Saldi Isra menyoroti tanda tangan pemilih pada daftar hadir TPS di Desa Durin Timur, Kecamatan Konang, Bangkalan yang memiliki kemiripan bentuk.