Kenapa Kecewa Lalu Golput? Berikut Penjelasan Pemantau Pemilu

Kamis, 31 Januari 2019 07:45 WIB

Ilustrasi kotak suara/ logistik Pemilu Kepala Daerah (Pilkada). TEMPO/Bram Selo Agung

TEMPO.CO, Jakarta - Manajer Pemantauan Jaringan Pendidikan Pemilih untuk Rakyat (JPPR) Alwan Ola menilai makin besarnya gerakan menolak memilih pemilu atau golput saat ini adalah bentuk kekecewaan masyarakat karena kandidat yang bersaing merupakan calon yang sama saat pemilihan presiden 2014. Calon pemilih juga jenuh karena tidak ada gagasan atau ide baru yang ditawarkan oleh kandidat presiden dan wakil presiden serta partai pengusungnya selama kampanye.

“Yang muncul justru lebih banyak ujaran kebencian dan kampanye hitam,” kata Alwan kepada Tempo, Rabu, 30 Januari 2019.

Baca: Sosiolog: Golput Ada karena Krisis Kepercayaan ...

Rabu pekan lalu Koalisi Masyarakat Sipil untuk Hak Sipil yang terdiri dari Institute for Criminal Justice Reform (ICJR), Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras), LBH Jakarta, LBH Masyarakat, Lokataru Foundation, Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI), serta Perhimpunan Bantuan Hukum dan HAM Indonesia (PBHI) menyatakan golput tidak melanggar hukum. Keputusan seseorang mendeklarasikan dan memilih golput dijamin oleh Undang-Undang.

Alwan menjelaskan sikap golput masyarakat menjelang pemilu April mendatang berbeda dengan pilihan golput saat rezim Orde Baru berkuasa. Pilihan golput saat rezim Orde Baru berkuasa merupakan simbol perlawanan dan kejenuhan masyarakat terhadap pemerintahan Presiden Soeharto yang otoriter dan korup.

Advertising
Advertising

Baca: Mahfud MD: Saya Ajak Jangan Golput, Memilih Itu Hadiah Konstitusi

Peneliti Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) Fadli Ramdhanil menyatakan hal serupa. Menurut dia, golput yang terjadi saat ini merupakan bentuk kekecewaan dengan sistem elektoral yang tidak mampu menghadirkan banyak calon presiden yang menawarkan gagasan baru. “Ini karena adanya ambang batas pencalonan presiden,” tuturnya.

Pengamat politik dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Adi Prayitno menilai wajar adanya gerakan golput menjelang pemilu April mendatang. Menurut dia, golput adalah pilihan yang rasional di tengah situasi politik saat ini.

Berita terkait

DPR Sebut Lembaga Kepresidenan Masuk Kajian Revisi UU Pemilu, Apa Alasannya?

3 hari lalu

DPR Sebut Lembaga Kepresidenan Masuk Kajian Revisi UU Pemilu, Apa Alasannya?

Komisi II DPR telah mengusulkan revisi UU Pemilu dan UU Pilkada sejak awal masa bakti 2019.

Baca Selengkapnya

Tim Joe Biden akan Terus Gunakan TikTok untuk Kampanye Walau Dilarang DPR

4 hari lalu

Tim Joe Biden akan Terus Gunakan TikTok untuk Kampanye Walau Dilarang DPR

Tim kampanye Joe Biden berkata mereka tidak akan berhenti menggunakan TikTok, meski DPR AS baru mengesahkan RUU yang mungkin melarang penggunaan media sosial itu.

Baca Selengkapnya

64 Tahun PMII, Respons Mahasiswa Muslim terhadap Situasi Politik

12 hari lalu

64 Tahun PMII, Respons Mahasiswa Muslim terhadap Situasi Politik

Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) merupakan salah satu dari sekian banyak organisasi mahasiswa yang masih eksis sampai saat ini.

Baca Selengkapnya

Pasang Surut Hubungan Indonesia-Cina dalam Rentang 74 Tahun

28 hari lalu

Pasang Surut Hubungan Indonesia-Cina dalam Rentang 74 Tahun

Prabowo Subianto, memilih Cina sebagai negara pertama yang dikunjunginya, menandai pentingnya hubungan Indonesia-Cina.

Baca Selengkapnya

Terkini: Nilai THR Jokowi dan Ma'ruf Amin, Kisah Sri Mulyani Dirayu Susi Pudjiastuti Pulang ke Indonesia

35 hari lalu

Terkini: Nilai THR Jokowi dan Ma'ruf Amin, Kisah Sri Mulyani Dirayu Susi Pudjiastuti Pulang ke Indonesia

Berita terkini: Berapa nilai THR yang diterima Jokowi dan Ma'ruf Amin? Kisah Sri Mulyani saat dirayu Susi Pudjiastuti untuk pulang ke Indonesia.

Baca Selengkapnya

Prabowo Banggakan Rasio Pajak Orba, Begini Respons Direktorat Jenderal Pajak

35 hari lalu

Prabowo Banggakan Rasio Pajak Orba, Begini Respons Direktorat Jenderal Pajak

Respons Direktorat Jenderal Pajak terhadap pernyataan Prabowo Subianto yang membanggakan rasio pajak era Orba.

Baca Selengkapnya

Prabowo Sebut Rasio Pajak di Era Reformasi Kalah dari Zaman Orde Baru, Benarkah?

38 hari lalu

Prabowo Sebut Rasio Pajak di Era Reformasi Kalah dari Zaman Orde Baru, Benarkah?

Prabowo Subianto, kembali menyinggung soal rendahnya rasio penerimaan pajak (tax rasio) terhadap PDB yang lebih rendah dari zaman Orde Baru.

Baca Selengkapnya

Rasio Pajak di Era Orde Baru Sampai 14 Persen, Prabowo: Kenapa Sekarang Turun?

38 hari lalu

Rasio Pajak di Era Orde Baru Sampai 14 Persen, Prabowo: Kenapa Sekarang Turun?

Prabowo Subianto menyinggung rasio penerimaan pajak saat ini yang lebih rendah dari era orde baru (orba).

Baca Selengkapnya

Pintu Masuk Prajurit TNI - Polri Duduki Jabatan Sipil, Ingat Kembali Strategi Dwifungsi ABRI Orde Baru

43 hari lalu

Pintu Masuk Prajurit TNI - Polri Duduki Jabatan Sipil, Ingat Kembali Strategi Dwifungsi ABRI Orde Baru

Dwifungsi ABRI merupakan jabatan ganda prajurit TNI dan Polri sehingga mendapatkan jabatan sipil, hal itu muncul pada zaman Orde Baru. Muncul lagi?

Baca Selengkapnya

Donald Trump Sebut Tak Akan Ada Pemilu Lagi Jika Ia Kalah

43 hari lalu

Donald Trump Sebut Tak Akan Ada Pemilu Lagi Jika Ia Kalah

Donald Trump memprediksi akhir dari pemilu di AS jika ia kalah dari Joe Biden pada November mendatang.

Baca Selengkapnya