TEMPO.CO, Jakarta - Dewan Etik Perhimpunan Survei Opini Publik Indonesia (Persepi) Hamdi Muluk mengatakan hasil hitung cepat yang dilakukan sejumlah lembaga survei seharusnya tak jauh berbeda. "Perbedaan baru terjadi bila ada lembaga survei yang tidak taat dengan metode ilmiah dalam pengambilan data," kata Hamdi dalam diskusi "Perspektif Indonesia Smart FM" di Restoran Rarampa, Sabtu, 12 Juli 2014.
Menurut Hamdi, pelaksanaan survei sudah diatur dengan serangkaian metode yang teruji. Metode itu meliputi penentuan desa/kelurahan dan penetapan TPS. Bila lembaga survei tidak taat, Hamdi yakin hasilnya akan melenceng.
Selain itu, menurut Hamdi, pelaksanaan hitung cepat seharusnya dilakukan tidak didasarkan pertimbangan politis. "Hitung cepat harus dilakukan sebagai kerja ilmu pengetahuan dengan metodologi yang ketat," katanya.
Polemik seputar hasil survei lantaran adanya perbedaan dalam hasil hitung cepat pemilihan presiden 9 Juli dulu. Dari sebelas lembaga yang menggelar hitung cepat, tujuh lembaga survei memenangkan pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla. Sedangkan empat lembaga survei memenangkan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa. Hasil hitung cepat ini dijadikan dasar bagi kedua pasangan untuk mendeklarasikan kemenangan.
Sebanyak tujuh lembaga peserta hitung cepat merupakan anggota Persepi, yaitu Lembaga Survei Indonesia, Indikator, SMRC, Cyrus Network, Populi Center, Jaringan Survei Indonesia (JSI), dan Puskaptis. Dua dari tujuh lembaga itu memenangkan Prabowo-Hatta, yaitu JSI dan Puskaptis.
IRA GUSLINA SUFA
Terpopuler
Politikus Golkar Ini Cari Dukungan Gulingkan Ical
Lulung Ngotot Ahok Tetap Wakil Gubernur
Obama Telepon Netanyahu Beri Dukungan ke Israel
Rapat dengan PBB, Israel-Palestina Saling Tuduh
Istri Muda Wali Kota Palembang Sambangi KPK
Prabowo dan Megawati Penentu Calon Wagub DKI
Libanon Serang Israel dengan Roket