TEMPO.CO, Jakarta - Menjelang pemilihan presiden 9 Juli 2014, sejumlah pedagang keturunan Tionghoa di kawasan pertokoan Glodok tidak membuka kiosnya. "Besok kami di sini kayanya sih enggak ada yang buka," kata Wendy Ong, pemilik kios di LTC Glodok, Jakarta Barat, Selasa, 8 Juli 2014.
Wendy yang memiliki kios elektronik di lantai 1 ini mengatakan pengelola gedung sebenarnya tetap memperbolehkan kios buka pada hari pemungutan suara. Akan tetapi, ia memutuskan menutup kiosnya sehari penuh. "Ya daripada nanti ada apa-apa, kalau misalnya banyak aksi anarkis kan repot juga," ujarnya. Warga wilayah Mangga Besar ini memilih akan memantau perkembangan pemilihan presiden melalui media seusai mencoblos di tempat pemungutan suara.
Berbeda halnya dengan alasan Fu Chian, pemilik kios elektronik di lantai dasar blok G Orion Glodok. Menurut dia, pengelola gedung memang tidak memperbolehkan kios dibuka esok hari. "Ya pihak pengelola gedung juga sudah mengimbau kami agar enggak buka dulu satu hari besok," ujarnya.
Dia menyambut positif kebijakan itu karena menurutnya kondisi keamanan pada saat pemilihan presiden bisa saja tidak kondusif. "Kalau sedang pemilu begini kan enggak ada yang tahu kondisi keamanan. Bisa aja nanti tiba-tiba ricuh," ujarnya. Fu Chian meliburkan pegawainya untuk menggunakan hak pilih mereka dalam pemilihan presiden.
Adapun di Plaza Glodok, Achian berencana menutup kios kamera digital miliknya sekedar untuk berjaga-jaga. "Selalu begini kok, sejak pemilu 2004," ujarnya.
Sebelumnya, Senin lalu Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia Sofjan Wanandi mengatakan warga negara Indonesia keturunan Tionghoa khawatir akan potensi terjadinya kericuhan pada pemilihan presiden mendatang. Sofjan berharap pilpres kali ini dapat berlangsung damai tanpa ada kericuhan.
NURIMAN JAYABUANA
Baca juga:
Buruh Bantah Dukung Prabowo di Hari Tenang
Bos Lion Air Incar Proyek Kereta Ekspres Bandara
Kereta Super Cepat Bandung-Jakarta Segera Dibangun