TEMPO.CO, Jakarta - Hitung cepat perolehan suara masing-masing kandidat dalam pemilu presiden oleh beberapa lembaga survei memberikan hasil yang beragam. Ada yang memenangkan Prabowo-Hatta, ada pula yang memenangkan Jokowi-Kalla.
Perbedaan hasil hitung cepat dari lembaga survei ini mengharuskan rakyat mengawal dan memantau penghitungan suara dari tempat pemungutan suara, kelurahan/desa, kecamatan, sampai pusat.
Hasil hitung cepat ini tidak bisa menjadi acuan untuk melihat pemenang pemilihan presiden 2014. Karena itu, guru besar riset di Pusat Penelitian Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Ikrar Nusa Bhakti, mengimbau agar semua orang ikut memantau penghitungan suara. (Baca: Beda Hitungan, Lembaga Survei Diminta Buka-bukaan)
"Rakyat telah memberikan suaranya secara sukacita. Suara rakyat harus dihormati. Jangan memanipulasi suara rakyat," kata Ikrar kepada Tempo, Kamis, 10 Juli 2014. Menurut Ikrar, hasil pemilu presiden akan menentukan masa depan demokrasi Indonesia. "Apakah kita akan setback atau melangkah ke jalur demokrasi," ujar Ikrar.
Ikrar berharap, hingga hasil penghitungan resmi diumumkan, rakyat tidak diadu domba. "Elite politik jangan sampai melakukan pembodohan politik dengan manipulasi data survei maupun suara real count."
DPR Dorong KPU dan Bawaslu Antisipasi Potensi Masalah Pemilu 2024
22 Desember 2021
DPR Dorong KPU dan Bawaslu Antisipasi Potensi Masalah Pemilu 2024
Komisi II DPR meminta KPU dan Bawaslu Provinsi Jawa Barat mengantisipasi kesulitan pemilih menggunakan hak pilih, lantaran diprediksi akan banyak surat suara.