5 Alasan Dunia Sorot Pilpres Indonesia  

Reporter

Rabu, 9 Juli 2014 08:05 WIB

Puluhan artis dan seniman nasional yang tergabung dalam Suara Masyarakat Untuk Pilpres Jujur akan menyerahkan petisi Lawan Pilpres Curang, di Gedung Komisi Pemilihan Umum, Jakarta, Selasa 8 Juli 2014. Petisi dari para artis, musisi dan seniman nasional tersebut berisikan surat terbuka yang diberikan kepada KPU, Bawaslu dan Presiden RI untuk menyelenggarakan pemilihan presiden secara jujur, adil, tanpa intimidasi dan kecurangan. TEMPO/Imam Sukamto

TEMPO.CO, Jakarta - Dalam hitungan jam, Indonesia--sebagai salah satu negara dengan mayoritas muslim terbesar di dunia--akan menggelar pesta demokrasi lima tahunan. Tak hanya di dalam negeri, pemilihan presiden 2014 ini juga menjadi sorotan di mata dunia.

Pemberitaan tentang pilpres 9 Juli 2014 yang tak luput dari perhatian sejumlah media asing menunjukkan pentingnya pilpres Indonesia. Berikut ini lima alasan kenapa pilpres Indonesia penting bagi dunia internasional, seperti dikutip dari The Guardian, Senin, 7 Juli 2014.

1. Mega demokrasi
Indonesia disebut sebagai negara demokrasi terbesar di dunia, setelah India dan Amerika, dengan 187 juta pemilih, termasuk 67 juta pemilih muda. Hal penting lainnya adalah pilpres kali ini merupakan perpindahan kekuasaan yang pertama kalinya dari satu presiden terpilih secara demokratis ke presiden berikutnya. (Baca: Pemilu Presiden, TNI Siaga 1)

2. Ekonomi yang sehat
Perekonomian Indonesia semakin penting di mata internasional. Setelah sempat lumpuh akibat krisis ekonomi pada tahun 1998, kini perekonomian Indonesia menjelma menjadi kekuatan ekonomi terbesar di Asia tenggara. Tak hanya itu, setelah menjadi anggota kelompok G 20, Indonesia dianggap sebagai negara dengan performa ekonomi terbaik di dunia bersama kekuatan ekonomi baru lainnya, seperti Maroko, Turki, dan Nigeria.

Dengan pertumbuhan ekonomi yang pesat ini, diprediksi pada tahun 2030 Indonesia akan menjadi kekuatan ekonomi terkuat ketujuh di dunia. Meski demikian, sekitar 32 juta rakyat Indonesia masih hidup di bawah garis kemiskinan. Potensi ekonomi yang baik ini terganjal dengan tingginya korupsi dan buruknya infrastruktur. (Baca: Google Ikut Rayakan Pilpres Indonesia)

3. Masyarakat yang dinamis
Berbeda dengan negara Asia Tenggara lainnya–kudeta milter yang mengganggu stabilitas politik Thailand dan aturan satu partai di Malaysia dan Singapura, transisi demokrasi Indonesia telah dipuji kesuksesannya. Sejak berakhirnya 32 tahun kekuasaan Soeharto, Indonesia telah berubah dari pemerintahan terpusat menjadi demokrasi di segala bidang.

Memang, tak dapat dipungkiri, jual-beli suara dan politik uang masih mewarnai pemilu di Indonesia. Namun, secara keseluruhan, pemilu Indonesia telah dianggap berhasil dengan prinsip bebas dan adilnya. Kondisi yang juga didorong oleh kebebasan pers ini membuat masyarakat Indonesia tumbuh menjadi masyarakat sipil paling dinamis se-Asia Tenggara.

4. Islam moderat
Jumlah pemeluk Islam di Indonesia jauh lebih banyak dibandingkan seluruh kawasan Timur Tengah yang masih dianggap sebagai pusat Islam. Dengan 90 persen dari 240 juta penduduknya merupakan pemeluk Islam, Indonesia menjadi contoh bahwa Islam dan demokrasi bisa hidup berdampingan.

Konstitusi Indonesia telah menjamin adanya kebebasan beragama. Meski demikian, sejumlah kasus intoleransi agama masih saja muncul, seperti yang dilakukan kepada umat Kristen, muslim Syiah, dan Ahmadiah. Namun, bersama pemerintah, umat muslim Indonesia yang sebagian besar beraliran moderat ini terus berusaha menekan tumbuhnya ekstremisme Islam yang muncul sejak peristiwa Bom Bali 2002. (Baca: Tim Jokowi dan Prabowo Yakin Pilpres Aman)

5. Kesatuan nasional
Meski terdiri lebih dari 17 ribu pulau dengan ratusan etnis dan bahasa, sejak 1945 lalu bangsa ini telah terikat menjadi satu negara, Indonesia. Dari sinilah Indonesia selalu menjadi contoh global tentang keuntungan dari sebuah kebersamaan dan kesatuan. Dan, dibutuhkan pemimpin yang mampu mempersatukan negeri yang paling beragam ini untuk bisa memainkan peranan yang lebih besar di panggung global. Kedua calon presiden, Prabowo Subianto dan Joko Widodo, sama-sama mengklaim sebagai seorang nasionalis yang mampu mewujudkan hal itu. Namun, siapa pun yang akan memenangi pilpres ini, dunia harus bersiap untuk menghadapi Indonesia yang berbeda setelah 9 Juli 2014. (Baca: Begini Pesan KPK Soal Pilpres)

ANINGTIAS JATMIKA | THE GUARDIAN




Berita lainnya:
Warga Sidorejo Tangkap 2 Pelaku Bagi-bagi Uang
Begini Ketua KPPS Jombang Ketahuan Bagi-bagi Uang
Begini Pesan KPK Soal Pilpres













Advertising
Advertising







Berita terkait

Survei Capres Muhaimin Iskandar Rendah, PKB: Masih Ada Peluang

27 Desember 2021

Survei Capres Muhaimin Iskandar Rendah, PKB: Masih Ada Peluang

Dalam survei tersebut Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar hanya dipilih 0,1 persen responden.

Baca Selengkapnya

DPR Dorong KPU dan Bawaslu Antisipasi Potensi Masalah Pemilu 2024

22 Desember 2021

DPR Dorong KPU dan Bawaslu Antisipasi Potensi Masalah Pemilu 2024

Komisi II DPR meminta KPU dan Bawaslu Provinsi Jawa Barat mengantisipasi kesulitan pemilih menggunakan hak pilih, lantaran diprediksi akan banyak surat suara.

Baca Selengkapnya

Setya Novanto: Golkar Siap Menangkan Jokowi di Pilpres 2019  

27 Maret 2017

Setya Novanto: Golkar Siap Menangkan Jokowi di Pilpres 2019  

Setya Novanto mengungkap hitung-hitungan apabila Jokowi kembali berhadapan dengan Prabowo dalam pilpres 2019.

Baca Selengkapnya

Gagal Pilkada DKI, AHY Punya Modal Besar Ikut Pilpres 2019

22 Maret 2017

Gagal Pilkada DKI, AHY Punya Modal Besar Ikut Pilpres 2019

Qodari mengatakan masyarakat cukup mengenal figur Agus Yudhoyono atau AHY ini

Baca Selengkapnya

Tiap Parpol Bisa Ajukan Calon Presiden, Jokowi: Masih Proses

16 Januari 2017

Tiap Parpol Bisa Ajukan Calon Presiden, Jokowi: Masih Proses

RUU Permilu Diperkirakan selesai sekitar bulan empat ke depan.

Baca Selengkapnya

Sindrom I Want SBY Back, Sinyal Ani Yudhoyono Maju Capres?

10 September 2015

Sindrom I Want SBY Back, Sinyal Ani Yudhoyono Maju Capres?

Ada spekulasi bahwa Demokrat memunculkan sindrom I Want SBY Back untuk mempersiapkan Ani Yudhoyono.

Baca Selengkapnya

Jokowi Tak Butuh, Relawan Bakal Membubarkan Diri

28 Oktober 2014

Jokowi Tak Butuh, Relawan Bakal Membubarkan Diri

Sampai saat ini mereka masih menunggu kepastian dari Jokowi.

Baca Selengkapnya

Jokowi Dilantik, Relawan Jokowi-JK Berevolusi

13 Oktober 2014

Jokowi Dilantik, Relawan Jokowi-JK Berevolusi

Relawan Jokowi-JK turut mengontrol realisasi program pemerintah di pedesaan.

Baca Selengkapnya

Fahri: Koalisi Pro-Prabowo Tidak Berencana Pilpres MPR  

9 Oktober 2014

Fahri: Koalisi Pro-Prabowo Tidak Berencana Pilpres MPR  

"Enggak ada agenda itu. Makanya, tidak perlu ditanyakan,"
kata


Fahri Hamzah soal agenda mengubah pemilihan presiden dari



langsung menjadi lewat MPR.

Baca Selengkapnya

Giman Membawa Ratusan Pesan untuk Jokowi

30 September 2014

Giman Membawa Ratusan Pesan untuk Jokowi

Dalam perjalanannya, pria yang kesehariannya berjualan kue putu keliling itu membawa buku catatan yang berisi ratusan pesan ditulis tangan.

Baca Selengkapnya