TEMPO.CO, Bandung - Sejumlah mahasiswa Institut Teknologi Bandung menghentikan deklarasi puluhan alumni lintas perguruan tinggi yang mendukung pasangan calon presiden dan wakil presiden, Joko Widodo dan Jusuf Kalla. Kelompok ini berkumpul di ruas jalan depan gerbang kampus ITB, Jalan Ganesha.
"Pertama, kalau secara legalitas, ini legal. Mereka pakai jalan umum di depan ITB. Kedua, tapi secara etika, tidak etis karena tempatnya di depan kampus ITB," kata Presiden Keluarga Mahasiswa ITB Jeffry Giranza, Sabtu, 21 Juni 2014. (Baca: Dua Kubu Tim Sukses Berdatangan di ITB)
Sempat ada adu mulut yang nyaris memicu keributan antara mahasiswa kampus dan peserta deklarasi.
Jefrry mengaku terganggu dengan kehadiran sejumlah dosen ITB yang diketahuinya berstatus pegawai negeri sipil menghadiri acara itu. Dia beralasan, PNS tidak boleh terlibat dalam kampanye.
"Ada PNS di sini. Karena, kalau di Undang-Undang Pemilu, (PNS) tidak boleh terlibat kampanye. Mending saya bubarin acaranya," ujarnya.
Jeffry mengklaim akan mempersoalkan kehadiran para dosen dalam acara deklarasi itu pada pihak kampusnya. Dia menolak menyebutkan nama dosen yang dimaksudnya, dan mengklaim sudah mengambil foto-fotonya saat acara deklarasi.
Indra Djati Sidi, misalnya, membenarkan statusnya sebagai dosen aktif di ITB. Dia mengaku tidak sendirian. "Ada banyak dosen di sini." (Baca juga: Alumni ITB: Saatnya Kampus Melek Politik)
Dia mengklaim aksi deklarasi dukungan itu sebagai bagian dari hak kebebasan menyatakan pendapat yang dilindungi undang-undang.
"Kami menyatakan pendapat. Kita enggak jelek-jelekin orang. Kenapa tidak (boleh)? Saya bukan tim sukses. Saya bukan (sedang) kampanye. Saya bukan orang PDIP atau NasDem. Saya dosen. Tapi saat ini kita terpanggil untuk mengatakan sesuatu yang harus didengar oleh masyarakat," kata Indra, yang juga alumni ITB angkatan 1972.
Gustaf Hariman Iskandar, alumni ITB angkatan 1993, menuturkan masa depan Indonesia harus berada di tangan kepemimpinan yang bersih, jujur, serta terbebas dari pelanggaran hukum dan HAM pada masa lalu.
Puluhan alumni itu berasal dari sejumlah perguruan tinggi lintas angkatan, di antaranya dari ITB, Universitas Padjadjaran, Universitas Pendidikan Indonesia, Institut Teknologi Nasional, Univeristas Katolik Parahyangan, Universitas Widyatama, Universitas Islam Bandung, UIN Sunan Gunung Jati, Universitas Pasundan, dan lembaga pendidikan Al-Ma'soem. Sebagian perwakilan alumni tiap perguruan tinggi itu berorasi menyatakan alasannya mendukung Jokowi-JK.
AHMAD FIKRI
Berita Lain
BPK Temukan Potensi Kerugian DKI Rp 1,54 Triliun
Intuisi Indigo Ungkap Kelemahan Prabowo. Apa itu?
Temuan BPK, Ahok: Ada Pencairan ke Rekening Pejabat