Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berdoa saat acara pelepasan Tim Thomas dan Uber Cup Indonesia di Istana Negara, Jakarta (13/5). TEMPO/Subekti.
Selain instruksi dari kepala daerah, SBY mengaku telah mendengar semacam transaksi yang terjadi antara pemilih dan mereka yang akan dipilih dalam pemilu legislatif April lalu. Menurut SBY, perilaku ini berpotensi menghancurkan jalannya demokrasi di Indonesia. Karena itu, SBY mengajak seluruh pihak untuk menyelamatkan demokrasi di Indonesia. (Baca: SBY Minta Perwira yang Berpolitik Mundur)
"Kalau itu yang terjadi, meskipun pemilu ini berjalan demokratis dan damai, masih jauh dari kriteria sebuah pemilu yang berkualitas," ujar SBY. Selain itu, dia mengaku telah mendengar langsung adanya kecurigaan terhadap penghitungan suara di daerah selepas tempat pemungutan suara. "Mudah-mudahan tidak benar. Tapi, kalau benar, itu juga merusak sendi-sendi demokrasi dan pemilu." (Baca di sini: SBY Marah Disebut 'Kapal Karam')
SBY mengajak semua elemen bangsa memahami wewenang, kewajiban, tanggung jawab, dan tugas masing-masing. "Apakah itu penyelenggara pemilu, pemerintah, termasuk gubernur, bupati, dan wali kota, partai-partai politik, penegak hukum, aparat keamanan, jajaran TNI-Polri, dan masyarakat luas," kata SBY. (Baca: SBY: 2004, TNI-Polri Tak Netral)