Seorang calon legislatif yang tengah hamil dari Partai Persatuan Pembangunan berlambang Kabah melakukan kampanye bersama sejumlah perempuan cantik dengan membagikan bunga dan bendera kepada pengguna jalan di Bundaran HI, Jakarta Pusat, Jakarta (20/3). Kampanye terbuka PPP di Jakarta tersebut dilakukan dengan aksi simpatik untuk mendapatkan dukungan dari masyarakat dengan mengusung slogan sembilan berkah, sembilan program dan sembilan titik, kampanye ini merupakan strategi tersendiri untuk menari perhatian masyarakat khusunya pengguna jalan yang lewat untuk meningkatkan elektabilitas partai. TEMPO/Imam Sukamto
TEMPO.CO, Sampang - Sejumlah partai politik di Kabupaten Sampang, Jawa Timur, enggan menggelar kampanye terbuka. Selain dianggap tidak berdampak signifikan pada perolehan suara, kampanye terbuka juga dinilai boros biaya. Komisi Pemilihan Umum Sampang mencatat, pada pekan pertama jadwal kampanye terbuka, tak satu pun parpol yang mengajukan izin untuk menggelar kampanye terbuka.
Ketua Partai Keadilan Sejahtera Sampang Abdurrahman mengatakan pihaknya sengaja tidak menggelar kampanye terbuka karena boros anggaran. "Kampanye terbuka butuh biaya besar tapi kurang efektif meraup dukungan," katanya, Senin, 24 Maret 2014.
Abdurrahman mengungkapkan, pada pemilu tahun ini, anggaran untuk kampanye terbuka dialihkan untuk program bakti sosial di pedesaan. Menurut dia, bakti sosial dianggap lebih efektif untuk menggaet dukungan pemilih. "Manfaatnya langsung dirasakan masyarakat," ujarnya.
Hal senada diungkapkan Sekretaris PDI Perjuangan Sampang Muhammad Nurrahmad. "Kampanye tertutup lebih menyentuh masyarakat ketimbang kampanye terbuka," katanya.
Nurrahmad mengaku telah menginstruksikan seluruh caleg dari PDI Perjuangan untuk memperbanyak tatap muka dengan masyarakat. "Kampanye terbuka baru akan digelar jika ada perintah dari PDIP pusat," ujarnya.
Selain PKS dan PDI Perjuangan, Partai Golkar dan Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia juga tidak menggelar kampanye terbuka. Adapun jadwal kampanye terbuka di Sampang ditetapkan selama 21 hari, mulai 16 Maret hingga 5 April 2014. Masing-masing parpol diberi jatah tujuh kali kampanye di delapan daerah pemilihan.
Pemilihan Presiden Juli 2014 lalu menjadi etos baru bagi rakyat untuk menentukan calon pemimpinnya. Bagi saya dan sebagian pemilih Jokowi, yang untuk pertama kalinya memilih dalam pemilihan, karena sebelumnya golongan putih, ada motif yang menggerakkan kami. Salah satu motif itu adalah janji kampanye Jokowi yang bertitel Nawacita.