Ketua Dewan Pembina Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) Prabowo Subianto, mengangkat kedua tangannya diatas kuda menyapa para kader dan simaptisan saat hut ke 6 dan kampanye akbar Partai Gerindra di Gelora Bung Karno, Jakarta (23/03). TEMPO/Dasril Roszandi
TEMPO.CO, Jakarta - Pakar politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Ikrar Nusa Bhakti, mengatakan tak selalu politikus yang berlatar belakang militer lebih berani dibandingkan dari sipil. Menurut dia, banyak jenderal purnawirawan yang bernyali kecil.
"Mereka kurang percaya diri ketika terjun di dunia politik," kata Ikrar ketika ditemui di Kompleks Parlemen, Senayan, Senin, 24 Maret 2014.
Ikrar mencontohkan Ketua Dewan Pembina Partai Gerakan Indonesia Raya Prabowo Subianto yang bernyali kecil. Dia melihat Prabowo sering menggunakan topi bergambarkan bintang tiga ketika kampanye. Ketika kampanye di Gelora Bung Karno, Jakarta, Prabowo juga menggunakan baju bertuliskan siap berkuda seolah-olah melakukan inspeksi pasukan.
Ikrar juga mencontohkan Pramono Edhie Wibowo yang mengasosiasi sebagai anak jenderal, Sarwo Edhie Wibowo--yang merupakan mantan Komandan Staf Resimen Pasukan Komando Angkatan Darat.
"Apakah tanpa atribut militer mereka tak berani bersaing di dunia politik?" ujar Ikrar. Dia mengatakan kadang orang sipil lebih punya nyali ketika menghadapi pemilihan umum.
Partai Gerakan Indonesia Raya mengusung Letnan Jenderal Purnawirawan Prabowo Subianto sebagai calon presiden. Ketika kampanye Gerindra pada Ahad, 23 Maret 2014, Prabowo mengenakan keris dan menunggangi kuda saat memasuki lapangan Gelora Bung Karno.
Adapun Pramono Edhie Wibowo merupakan peserta konvensi penjaringan calon presiden oleh Partai Demokrat. Pensiunan jenderal bintang empat ini juga menjadi anggota Dewan Pembina Demokrat.
Pemilihan Presiden Juli 2014 lalu menjadi etos baru bagi rakyat untuk menentukan calon pemimpinnya. Bagi saya dan sebagian pemilih Jokowi, yang untuk pertama kalinya memilih dalam pemilihan, karena sebelumnya golongan putih, ada motif yang menggerakkan kami. Salah satu motif itu adalah janji kampanye Jokowi yang bertitel Nawacita.