TEMPO.CO, Jakarta - Presiden terpilih, Joko Widodo, mengakui bahwa sesaat sebelum pemilu presiden, Juli lalu, elektabilitasnya terus turun. Di sisi lain, elektabilitas rivalnya, Prabowo Subianto, justru terus naik. Hal ini sempat membuat Jokowi ketar-ketir.
"Para pengamat politik dan survei katakan kalau satu naik dan satu turun sulit dihentikan. Naiknya karena apa, banyak hal. Turunnya juga, salah satunya karena black campaign," ujar Jokowi dalam Musyawarah Rumah Koalisi Indonesia Hebat di Hotel Sahid, Senin, 11 Agustus 2014 malam. (Baca: Penyebab Hilangnya Suara Jokowi-Kalla Belum Jelas)
Jokowi pun nyaris putus asa, tak tahu lagi harus bagaimana untuk mendongkrak elektabilitasnya. "Saya sudah habis jurus, dongkrak dengan ini enggak bisa, itu enggak bisa," kata Jokowi. Namun, kata Jokowi, kalau Tuhan berkehendak, pasti ada jalan.
Mantan Wali Kota Solo ini menyebut ada empat dongkrak yang dapat kembali melambungkan elektabilitasnya. Pertama adalah penetapan Hari Santri pada 1 Muharam. "Kira-kira itu menambah sekitar 3 juta suara," kata dia. Dongkrak kedua, adalah Konser Salam Dua Jari yang digagas para relawan. (Baca juga: Jokowi Pilih Empat Tokoh Penasihat Tim Transisi)
Berikutnya, Jokowi menilai tim Prabowo-Hatta melakukan "gol bunuh diri"...