TEMPO.CO, Jakarta - Lambang garuda merah, lambang khas pasangan calon presiden-wakil presiden Prabowo Subianto-Hatta Rajasa, yang sebelumnya terpasang di kaca belakang mobil Mazda Biante hitam dilepas oleh seorang pria berkaos dan mengenakan topi hitam.
Mobil bernomor polisi B-1890-EKS tersebut diparkir di halaman kantor Jaringan Suara Indonesia yang beralamat di Jalan Warung Jati Timur Nomor 8-AS, Duren Tiga, Jakarta Selatan. Lambang yang sama juga terpasang di pelat nomor mobil tersebut.
Sebelumnya, mobil tersebut diparkir di basement bersama mobil sedan Honda hitam bernomor D-1140-RO, yang juga dipasangi lambang garuda merah di kaca mobil depan. Namun kemudian mobil Mazda tersebut dipindahkan ke halaman parkir atas. Setelah stiker dilepas, mobil tersebut dibawa keluar dari kantor lembaga survei yang dipimpin oleh Widdi Aswindi itu.
Belum diketahui siapa pemilik mobil tersebut. Petugas keamanan kantor itu enggan menjawab pertanyaan Tempo. Dia langsung mengunci gerbang hitam setinggi dua meter kantor tersebut. Dia pun tak mengetahui keberadaan bosnya. "Biasanya datang sore," kata petugas keamanan yang tak mau menyebutkan namanya kepada Tempo, Jumat, 10 Juli 2014.
Jaringan Suara Indonesia atau JSI merupakan lembaga survei dan hitung cepat yang dipimpin oleh Widdi Aswindi. Lembaga survei ini semalam dilempar bom molotov oleh seorang tak dikenal pada pukul 00.40 WIB.
Seorang saksi, IZ, 75 tahun, satpam yang sedang berjaga di pos kantor JSI, mendengar suara botol yang menggelinding. Ternyata suara bersumber dari lantai ruang bawah tanah atau basement. "Botol minuman berisi minyak tanah dan bersumbu," kata Kepala Subbagian Humas Kepolisian Resor Metro Jakarta Selatan, Komisaris Polisi Aswin, saat dihubungi Tempo, Jumat, 11 Juli 2014.
Setelah melihat bom molotov itu, kata Aswin, IZ segera memberitahukan rekan-rekannya dan melapor ke Polda Metro Jaya. Kemudian insiden ini ditangani oleh Kepolisian Sektor Pancoran yang ditindaklanjuti dengan olah tempat kejadian perkara. Kepada polisi, IZ mengaku tidak melihat pelaku, tetapi mendengar suara sepeda motor. Polisi belum bisa memastikan motif dari pelemparan bom molotov ini.
Pada pemilihan presiden, Rabu, 9 Juli 2014, hasil hitung cepat JSI menyatakan pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa unggul dari Joko Widodo-Jusuf Kalla. Menurut JSI, pasangan nomor dua tersebut mendapatkan 49.87 persen suara, lebih rendah 0.25 persen dari Prabowo-Hatta yang meraup 50.13 persen suara. Akan tetapi, Direktur Eksekutif JSI Widdi Aswindi tak dapat dimintai konfirmasi hingga saat ini.
Hasil hitung cepat yang ditayangkan di TVOne tersebut berbeda jauh dengan hasil hitung cepat beberapa lembaga survei lainnya, seperti Saiful Munjani Research Center, Cyrus Network, dan Litbang Kompas. Ketiganya menyatakan Jokowi-Kalla unggul dengan selisih 5 persen. Rata-rata hasil hitung cepat lembaga survei tersebut menyatakan Jokowi-Kalla meraup 53 persen suara dan Prabowo-Hatta memperoleh 49 persen suara.
Ada beberapa lembaga survei lain yang hasil hitung cepatnya menyatakan Prabowo menang, yakni Pusat Kajian Kebijakan dan Pembangunan Strategis dan Lingkaran Survei Nasional. Hasil hitung cepat LSN yang juga ditayangkan TVOne menyatakan pasangan nomor urut satu meraup 50.56 persen suara, sedangkan nomor urut dua 49.4 persen. Keduanya hanya terpaut 0.62 persen.
Di lain pihak, hasil hitung cepat Puskaptis menyatakan Prabowo-Hatta menang dengan perolehan suara 52.05 persen. Pasangan capres nomor urut satu itu lebih unggul 4.1 persen dari pasangan mantan Wali Kota Solo dan mantan wakil presiden yang mendapatkan 47.95 persen suara.
AMRI MAHBUB
Terpopuler
Serangan Israel ke Palestina, Dunia Terbelah
Jet Israel Bombardir Jalur Gaza, 72 Orang Tewas
Dubes Palestina: Solusi Dua Negara yang Terbaik
Berita terkait
Survei Capres Muhaimin Iskandar Rendah, PKB: Masih Ada Peluang
27 Desember 2021
Dalam survei tersebut Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar hanya dipilih 0,1 persen responden.
Baca SelengkapnyaDPR Dorong KPU dan Bawaslu Antisipasi Potensi Masalah Pemilu 2024
22 Desember 2021
Komisi II DPR meminta KPU dan Bawaslu Provinsi Jawa Barat mengantisipasi kesulitan pemilih menggunakan hak pilih, lantaran diprediksi akan banyak surat suara.
Baca SelengkapnyaSetya Novanto: Golkar Siap Menangkan Jokowi di Pilpres 2019
27 Maret 2017
Setya Novanto mengungkap hitung-hitungan apabila Jokowi kembali berhadapan dengan Prabowo dalam pilpres 2019.
Baca SelengkapnyaGagal Pilkada DKI, AHY Punya Modal Besar Ikut Pilpres 2019
22 Maret 2017
Qodari mengatakan masyarakat cukup mengenal figur Agus Yudhoyono atau AHY ini
Baca SelengkapnyaTiap Parpol Bisa Ajukan Calon Presiden, Jokowi: Masih Proses
16 Januari 2017
RUU Permilu Diperkirakan selesai sekitar bulan empat ke depan.
Sindrom I Want SBY Back, Sinyal Ani Yudhoyono Maju Capres?
10 September 2015
Ada spekulasi bahwa Demokrat memunculkan sindrom I Want SBY Back untuk mempersiapkan Ani Yudhoyono.
Baca SelengkapnyaJokowi Tak Butuh, Relawan Bakal Membubarkan Diri
28 Oktober 2014
Sampai saat ini mereka masih menunggu kepastian dari Jokowi.
Baca SelengkapnyaJokowi Dilantik, Relawan Jokowi-JK Berevolusi
13 Oktober 2014
Relawan Jokowi-JK turut mengontrol realisasi program pemerintah di pedesaan.
Baca SelengkapnyaFahri: Koalisi Pro-Prabowo Tidak Berencana Pilpres MPR
9 Oktober 2014
"Enggak ada agenda itu. Makanya, tidak perlu ditanyakan,"
kata
Fahri Hamzah soal agenda mengubah pemilihan presiden dari
langsung menjadi lewat MPR.
Giman Membawa Ratusan Pesan untuk Jokowi
30 September 2014
Dalam perjalanannya, pria yang kesehariannya berjualan kue putu keliling itu membawa buku catatan yang berisi ratusan pesan ditulis tangan.
Baca Selengkapnya