Menteri Luar Negeri Indonesia Marty Natalegawa (kanan) dan Menteri Luar Negeri Australia Julie Bishop (kiri) berjalan menuju ruangan untuk melakukan pembahasan di kementrian Luar Negeri di Jakarta, Kamis (05/12) Kedua menteri membahas masalah penyadapan serta membahas hubungan bilateral secara luas. TEMPO/Dasril Roszandi
TEMPO.CO, Canberra – Pemilu presiden yang digelar di Indonesia mendapat sambutan beragam di mata dunia. Salah satu tetangga Indonesia, yakni Australia, menyebut, siapa pun pemimpin baru yang terpilih nanti, hubungan Australia dan Indonesia akan lebih sulit. (Baca: 5 Alasan Dunia Sorot Pipres Indonesia)
Pemilu ini datang saat Australia belum sepenuhnya menyelesaikan ketegangan dengan Indonesia terkait dengan penyadapan dan manusia perahu pencari suaka. Para ahli memperingatkan bahwa hubungan Indonesia dengan Australia akan lebih sulit lantaran kedua kandidat, yakni Prabowo Subianto dan Joko Widodo, dianggap lebih nasionalis dibanding Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
“Pemerintah Australia harus memikirkan pendekatan terhadap Indonesia dan harus mempertimbangkan bahwa sangat kecil kemungkinan pemerintah Indonesia akan memaafkan Australia,” ujar Profesor Greg Fealy dari Australian National University kepada ABC Net, hari ini.
Greg menuturkan kedua calon presiden memiliki agenda yang secara terang-terangan lebih nasionalis, sehingga akan lebih bermasalah jika Australia dianggap bertindak secara sepihak atau lalai di mata Indonesia.