Mengapa Hatta Dilaporkan ke KPK di Kasus Migas?

Rabu, 2 Juli 2014 13:10 WIB

Hatta Rajasa. TEMPO/Aditia Noviansyah

TEMPO.CO, Jakarta – Peran mantan Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa dalam kasus impor minyak diungkap kelompok yang manamakan diri Solidaritas Kerakyatan Khusus Migas (SKK Migas). Hatta ditengarai dominan mengatur impor minyak mentah dan bahan bakar minyak (BBM) yang merugikan negara sekitar Rp 108 miliar per hari.

Dalam laporannya kepada Komisi Pemberantasan Korupsi, Koordinator SKK Migas Ferdinand Hutahaean mengatakan Hatta diduga sangat berkuasa mengatur PT Pertamina dan anak usahanya dalam pengadaan impor minyak. Sebagai Menteri Koordinator Perekonomian, Hatta juga dituding menghambat pembangunan kilang minyak di Indonesia. “Akibatnya, celah impor minyak semakin besar setiap hari,” ujarnya kepada Tempo, Selasa, 1 Juli 2014.

Menurut Ferdinand, akibat impor melalui perantara ini, kerugian negara dari impor minyak sekitar US$ 10 per barel. Angka ini adalah hasil mark-up rata-rata harga pembelian dari pemasok ke Pertamina. “Kebutuhan impor setiap hari sekitar 900 ribu barel. Jika harga digelembungkan sekitar US$ 10 per barel, kerugian negara mencapai US$ 9 juta atau sekitar Rp 108 miliar per hari,” kata dia.

Juru bicara KPK Johan Budi Sapto Prabowo mengatakan laporan SKK Migas akan ditelaah terlebih dahulu. “Dilihat dulu laporannya valid atau tidak,” ujarnya. Menurut dia, seluruh laporan dari masyarakat harus melalui proses situ, “Tidak bisa serta-merta disimpulkan.”

Dalam debat calon wakil presiden pada pekan lalu, Jusuf Kalla sempat mempertanyakan soal kebocoran Rp 1.000 triliun yang dilontarkan calon presiden Prabowo Subianto. “Apakah kebocoran itu karena mafia minyak, daging atau gula?” kata Kalla kepada lawannya, Hatta Rajasa.

Ketika itu, Hatta mempersilakan KPK mengusut segala bentuk praktek kosupsi, termasuk mafia pengadaan minyak impor ke Pertamina. “Apa pun yang namanya mafia adalah tindak kejahatan. Serahkan kepada penegak hukum dan KPK bertindak,” ujarnya.

Dalam wawancara khusus dengan Tempo, Hatta Rajasa menolak anggapan adanya mafia minyak di Indonesia. "Apa yang dimaksud dengan mafia minyak? Kami mati-matian bangun kilang minyal. Di MP3EI jelas disebutkan kita tak boleh jual gas," katanya kepada Tempo Selasa dua pekan lalu.

Menurut Hatta, Indonesia terus mengimpor minyak karena tidak memiliki kilang. Investor kilang pun enggan menanamkan modalnya di Indonesia. "Qatar akan membangun, tapi minta tax holiday. Kita berikan, tapi setelah tax holiday pajaknya cuma lima persen Qatar minta lagi. Tak mungkin kita berikan," katanya.

LINDA TRIANITA | PERSIANA GALIH | TIM TEMPO


Berita terkait

Khawatir Ada Titipan, Novel Baswedan Harap Unsur Masyarakat dalam Pansel KPK Diperbanyak

3 jam lalu

Khawatir Ada Titipan, Novel Baswedan Harap Unsur Masyarakat dalam Pansel KPK Diperbanyak

Novel Baswedan, mengomentari proses pemilihan panitia seleksi atau Pansel KPK.

Baca Selengkapnya

Pengacara Jelaskan Kondisi Eks Kepala Bea Cukai Purwakarta Usai Dilaporkan ke KPK

6 jam lalu

Pengacara Jelaskan Kondisi Eks Kepala Bea Cukai Purwakarta Usai Dilaporkan ke KPK

Bekas Kepala Bea Cukai Purwakarta Rahmady Effendy Hutahaean disebut butuh waktu untuk beristirahat usai dilaporkan ke KPK

Baca Selengkapnya

Istri akan Dampingi Eks Kepala Bea Cukai Purwakarta Klarifikasi LHKPN di KPK

9 jam lalu

Istri akan Dampingi Eks Kepala Bea Cukai Purwakarta Klarifikasi LHKPN di KPK

KPK menjadwalkan pemanggilan Eks Kepala Bea Cukai Purwakarta, Rahmady Effendy Hutahaean, untuk memberikan klarifikasi soal kejanggalan LHKPN

Baca Selengkapnya

9 Mantan Komisioner KPK Kirim Surat ke Jokowi soal Kriteria Pansel KPK

11 jam lalu

9 Mantan Komisioner KPK Kirim Surat ke Jokowi soal Kriteria Pansel KPK

Pemilihan Pansel KPK patut menjadi perhatian karena mereka bertugas mencari figur-figur komisioner dan Dewan Pengawas KPK mendatang.

Baca Selengkapnya

Pansel KPK Tuai Perhatian dari Sejumlah Kalangan, Istana dan DPR Beri Respons

12 jam lalu

Pansel KPK Tuai Perhatian dari Sejumlah Kalangan, Istana dan DPR Beri Respons

Pembentukan Pansel Capim KPK menuai perhatian dari sejumlah kalangan. Pihak Istana dan DPR beri respons ini.

Baca Selengkapnya

Penjelasan Istri Eks Kepala Bea Cukai Purwakarta soal Pinjaman Rp 7 Miliar yang jadi Polemik

14 jam lalu

Penjelasan Istri Eks Kepala Bea Cukai Purwakarta soal Pinjaman Rp 7 Miliar yang jadi Polemik

Margaret Christina Yudhi Handayani Rampalodji, istri bekas Kepala Bea Cukai Purwakarta Rahmady Effendy Hutahaean menjelaskan asal-usul Rp 7 miliar.

Baca Selengkapnya

Penyitaan Rumah dalam Kasus Korupsi, Terbaru Rumah Syahrul Yasin Limpo dan Tamron Raja Timah Bangka

14 jam lalu

Penyitaan Rumah dalam Kasus Korupsi, Terbaru Rumah Syahrul Yasin Limpo dan Tamron Raja Timah Bangka

Penyitaan rumah dalam dugaan kasus korupsi Syahrul Yasin Limpo dan Tamron Raja Timah Bangka. Apa landasan penyitaan aset tersangka korupsi?

Baca Selengkapnya

2 Selebritas Windy Idol dan Nayunda Nabila Diperiksa KPK, Tersangkut Kasus Korupsi Siapa?

16 jam lalu

2 Selebritas Windy Idol dan Nayunda Nabila Diperiksa KPK, Tersangkut Kasus Korupsi Siapa?

Windy Idol dan Nayunda Nabila Nizrinah terseret dalam dugaan kasus korupsi yang berbeda hingga diperiksa KPK. Apa sangkut pautnya?

Baca Selengkapnya

Eks Kepala Bea Cukai Purwakarta Diseret Urusan PT Cipta Mitra Agro, Pengacara: Itu Bisnis Istrinya

18 jam lalu

Eks Kepala Bea Cukai Purwakarta Diseret Urusan PT Cipta Mitra Agro, Pengacara: Itu Bisnis Istrinya

Pengacara eks Kepala Bea Cukai Purwakarta Rahmady Effendy merasa heran kliennya diseret dalam kasus yang melibatkan perusahaan sang istri.

Baca Selengkapnya

KPK Periksa Kepala Bea Cukai Purwakarta Senin Mendatang soal LHKPN yang Janggal

1 hari lalu

KPK Periksa Kepala Bea Cukai Purwakarta Senin Mendatang soal LHKPN yang Janggal

KPK menjadwalkan pemanggilan Kepala Bea Cukai Purwakarta Rahmady Effendy Hutahaean pada Senin pekan depan.

Baca Selengkapnya