Calon Presiden Partai Demokrasi Perjuangan (PDIP), Joko Widodo (kiri) dan Calon Wakil Presiden Jusuf Kalla (kanan) dalam sesi foto bersama seusai mendeklarasikan diri sebagai Capres dan Cawapres di Gedung Joeang 1945, Jakarta Pusat, Senin (19/5). Jokowi resmi menyatakan Jusuf Kalla sebagai pendampingnya untuk menghadapi Pilpres mendatang. TEMPO/Dhemas Reviyanto
TEMPO.CO, Jakarta - Calon wakil presiden Jusuf Kalla menegaskan dirinya menjadi pendamping calon presiden dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Joko Widodo, bukan melalui jalur Partai Golongan Karya (Golkar), tetapi sebagai profesional.
Menurut Kalla, selama ini karier politiknya di pemerintah diraih secara profesional, bukan melalui Partai Golkar yang menaunginya. Ia mencontohkan, ketika menjadi menteri hingga wakil presiden, semua diraihnya secara profesional.
Kalla mengatakan, ketika melalui jalur Partai Golkar, dirinya malah gagal. Hal ini terjadi pada Pemilu 2009.
"Ketika saya menjadi Ketua Umum Partai Golkar dan maju pada Pemilihan Umum 2009, malah kalah," kata JK. "Sekarang saya jadi cawapres juga karena profesional, tidak mewakili partai. Insya Allah menang lagi," kata Kalla pada acara Deklarasi Relawan Keluarga Nusantara di Jakarta, Sabtu, 24 Mei 2014.
Kalla menambahkan, dirinya tidak dapat melakukan politik transaksional karena selama ini ia memang lebih senang dihargai keberadaannya sebagai profesional. Ia juga mengaku tidak dapat bersikap fleksibel (untuk hal yang bersifat prinsip). (Baca juga: Kata Jokowi tentang Jusuf Kalla). "Saya lebih (suka) apa adanya saja. Profesional," ujarnya.
Kalla maju pada Pemilu 2014 berpasangan dengan calon presiden Joko Widodo. Keduanya diusung koalisi yang beranggotakan PDIP, Partai Nasional Demokrat, Partai Kebangkitan Bangsa, Partai Hati Nurani Rakyat, dan Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia. FRANSISCO ROSARIANS