TEMPO.CO, Jakarta - Calon presiden dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Joko Widodo, meminta Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh untuk mengklarifikasi soal ujian nasional tingkat sekolah menengah pertama. “Meminta Menteri Pendidikan Nasional mengambil tanggung jawab sepenuhnya terhadap persoalan ini,” kata Jokowi melalui siaran pers dari media center PDI Perjuangan, Jumat, 2 Mei 2014.
Klarifikasi ini, menurut Jokowi, penting untuk menghindari terjadinya penyesatan informasi publik. Dia mengkhawatirkan soal ujian nasional ini bisa merugikan nama baik.
Ihwal waktu penyelenggaraan ujian nasional, Jokowi tak setuju adanya pengunduran jadwal. Menurut dia, penundaan waktu penayangan bakal meresahkan masyarakat. “Terutama siswa-siswa yang sudah mempersiapkan diri menghadapi ujian nasional,” ucapnya.
Penggunaan nama tokoh politik sempat menuai kontroversi saat pelaksanaan ujian nasional untuk siswa tingkat menengah atas beberapa pekan lalu. Yang santer dibicarakan adalah masuknya profil calon presiden PDI Perjuangan Joko Widodo dalam naskah ujian untuk mata pelajaran bahasa Indonesia. Belakangan, naskah serupa ditemui dalam naskah ujian nasional tingkat sekolah menengah pertama seperti yang dilaporkan Dinas Pendidikan Provinsi Bali.
Menteri Pendidikan Nasional Mohammad Nuh menjamin tak akan ada lagi kasus penggunaan nama tokoh-tokoh politik dalam naskah Ujian Nasional. Kasus naskah yang terlanjur dicetak saat ini telah ditarik dan diganti dengan naskah yang baru. "Lihat saja besok, apakah nama-nama itu keluar," ujarnya pada Kamis lalu.
SUNDARI
Berita lain:
Buruh Perusahaan Prabowo Tagih Tunggakan 4 Bulan Gaji
Dosa Hary Tanoesoedibjo pada Hanura
5 Kebiasaan yang Menyebabkan Perut Buncit
Sri Mulyani Tegur Boediono Soal Century
NasDem: Jokowi itu Produk Lokal
Terungkap, Moyes Kecewa Berat pada Bintang MU Ini
Berita terkait
Terkini: Jokowi Sampai Pimpin Rapat Khusus Sebelum Permendag 36/2023 Terbit, Pabrik Smelter Nikel Meledak Lagi Kali Ini Milik PT KFI
2 jam lalu
Presiden Jokowi sampai memimpin rapat khusus sebelum diterbitkannya revisi ketiga Peraturan Menteri Perdagangan atau Permendag 36/2023.
Baca Selengkapnya9 Mantan Komisioner KPK Kirim Surat ke Jokowi soal Kriteria Pansel KPK
3 jam lalu
Pemilihan Pansel KPK patut menjadi perhatian karena mereka bertugas mencari figur-figur komisioner dan Dewan Pengawas KPK mendatang.
Baca SelengkapnyaPansel KPK Tuai Perhatian dari Sejumlah Kalangan, Istana dan DPR Beri Respons
4 jam lalu
Pembentukan Pansel Capim KPK menuai perhatian dari sejumlah kalangan. Pihak Istana dan DPR beri respons ini.
Baca SelengkapnyaJokowi Sampai Pimpin Rapat Revisi Ketiga Permendag 36/2023, Ada Apa?
4 jam lalu
Presiden Jokowi memimpin rapat khusus sebelum diterbitkannya revisi ketiga Permendag 36/2023tentang larangan pembatasan barang impor.
Baca SelengkapnyaJokowi Tak Diundang ke Rakernas PDIP, Pengamat Sebut Hukuman Politik
9 jam lalu
Djarot mengatakan Jokowi dan Ma'ruf tidak diundang ke Rakernas PDIP lantaran keduanya sedang sibuk dan menyibukkan diri.
Baca SelengkapnyaJokowi Revisi Aturan Impor agar Ribuan Kontainer Barang Tak Menumpuk di Pelabuhan, Ini Poin-poin Ketentuannya
9 jam lalu
Menteri Airlangga mengatakan ada beberapa poin dalam Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 8 Tahun 2024 yang direvisi oleh Peresiden Jokowi. Apa saja?
Baca SelengkapnyaBos BPJS Kesehatan soal Penerapan Perbedaan Kelas Saat Ini: Mau-maunya Rumah Sakit Sendiri
10 jam lalu
Dirut BPJS Kesehatan Ali Ghufron Mukti menjelaskan empat pengertian dari KRIS yang masih dibahas bersama dengan DPR dan lembaga terkait.
Baca SelengkapnyaReaksi Istana hingga KSP Soal PDIP Tak Undang Jokowi dan Ma'ruf Amin ke Rakernas
10 jam lalu
Ali Ngabalin mengatakan Presiden Jokowi disibukkan dengan seabrek jadwal.
Baca SelengkapnyaBahas RUU Kementerian Negara Bersama Pemerintah, DPR Tunggu Surpres Jokowi
17 jam lalu
Baleg DPR siapa menteri yang ditunjuk presiden untuk membahas RUU Kementerian Negara.
Baca SelengkapnyaPrabowo Akan Tambah Kementerian pada Kabinetnya, Faisal Basri: Menteri Sekarang Sudah Kebanyakan
18 jam lalu
Ekonom Faisal Basri mempertanyakan alasan pemerintahan Prabowo-Gibran berencana menambah sejumlah kementerian baru dalam kabinetnya mendatang.
Baca Selengkapnya