Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo (Jokowi), yang juga bakal capres dari PDIP menunjukan surat suara sebelum mencoblosnya di TPS 27 Menteng, Jakarta Pusat (9/4). ANTARA/Fanny Octavianus
TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Eksekutif Lingkaran Survei Indonesia Denny J.A. mengatakan pengusungan Joko Widodo sebagai calon presiden Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan tak terlalu memengaruhi perolehan suara partainya. Menurut dia, hasil penghitungan sementara yang menempatkan PDIP di urutan pertama dengan perolehan suara sekitar 19 persen tidak jauh berbeda dengan hasil survei terakhir LSI sebesar 21 persen.
"Efek Jokowi tidak terlalu besar karena serangan negative campaign yang sistematis," kata Denny di kantor LSI, Rawamangung, Jakarta Timur, Rabu, 9 April 2014. (Baca: Hitung Cepat CSIS & Cyrus Tetap Unggulkan PDIP)
Negative campaign itu, menurut Denny, berupa sindiran dari Partai Gerindra soal capres boneka, sindiran dari Partai Hanura yang menagih janji Jokowi karena belum genap lima tahun memimpin Jakarta serta adanya kasus dugaan korupsi untuk pengadaan bus Transjakarta di Jakarta. (Baca: Suara di Bawah Target, PDIP: Bukan Salah Jokowi)
Menurut Denny, setelah dihajar kampanye hitam itu tambahan suara terhadap Jokowi selalu berkurang. “Jokowi mengalami penggembosan dan tidak seharum sebelumnya," ujarnya.
Padahal, kata Denny, hasil survei saat Jokowi baru diumumkan sebagai capres, PDIP mendulang hingga 30 persen suara. Denny mengatakan PDIP sebagai partai oposisi juga beruntung mendapat peralihan suara Partai Demokrat.
Peralihan ini diperkirakan karena masyarakat tidak puas dengan kinerja pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Namun, ia belum merinci berapa persen suara Demokrat yang lari ke partai banteng itu.